Jumat, 20 Mei 2016

Unknown

BSM | Makalah Kedua belas part1

Makalah membedah shirathal mustaqiem bagian dua

PENAFSIRAN YANG TIDAK TEPAT

Saudaraku.

Mungkin anda pernah mendengar sebuah keterangan dari para penceramah atau dari membaca buku-buku, kitab-kitab, atau dari mana saja, yang menerangkan, bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait pada surat al-Ahzab ayat 33 tersebut adalah untuk:

1.              Seluruh orang Mukmin, yang dimulai dari para sahabat hingga kepada kita sekalian.
2.              Seluruh isteri Nabi Muhammad Saw..

Pada kesempatan ini, kami akan memperjelas permasalahan penafsiran ayat tersebut, tentunya dengan disertai bukti-bukti, baik dari al-Qur’an maupun dari al-Hadits yang menjelaskan, bahwa para sahabat dan para isteri Nabi itu tidak termasuk dari ahlul bait. Apalagi kok diartikan untuk kita sekalian, itu amat sangat jauh sekali.

Pertama Terhadap Para sahabat.

Lafadz ahlul bait pada surat al-Ahzab ayat 33 tersebut, bila diartikan untuk para sahabat Nabi, maka hal itu tidak mungkin, sebab akan bertentangan dengan kenyataan apa yang dilakukan oleh mereka itu, yang mana kelakuan mereka tidak mencerminkan sikap dari kesucian dan kebenarannya. Dan bertentangan dengan penjelasan dari al-Qur’an sendiri, dan juga dari hadits yang meriwayatkan tentang kelakuan-kelakuan mereka itu.

Jelasnya begini: “Bila para sahabat itu termasuk dari ahlul bait, maka mestinya seluruh sahabat itu benar, suci dan dijamin tidak akan berbuat kesalahan; apalagi kok sampai menentang Allah dan Rasul-Nya.

Namun kenyataannya, mereka itu banyak yang munafiq dan keterlaluan dalam kemunafikannya, bahkan menentang Allah dan Rasul-Nya.” Sebagaimana Allah Swt. berfirman:

وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ اْلأَعْرَابِ مُنَـافِقٌ وَمِنْ أَهْلِ اْلمَدِيْنَـةِ مَرَدُوْ عَلَى النِّفَـاقِ لاَ تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُـهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُـرَدُّوْنَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيْمٍ ()

“Dan di antara orang-orang arab badui yang ada di sekelilingmu (Muhammad), itu ada orang-orang munafiqnya. Dan juga di antara penduduk Madinah, mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad), tidak mengetahui mereka. Kami (Allah)-lah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dengan dua kali lipat, kemudian mereka akan dikembalikan pada adzab yang besar.” (QS. at-Taubah : 101)

Ayat di atas menunjukan, bahwa orang-orang Arab badui yang ada di sekeliling Nabi Saw. itu, ada orang-orang munafiknya; bahkan di antara penduduk Madinah sendiri malah lebih keterlaluan dalam kemunafikannya, yang mana Allah Swt. sendiri mengancam mereka dengan siksa yang dua kali lipat besarnya, dan mereka akan dikembalikan pada adzab yang besar.

Nah, berdasarkan ayat ini jelas, bahwa para sahabat Nabi itu tidak dapat dimasukkan kedalam ahlul bait. Karena, ahlul bait adalah manusia yang disucikan oleh Allah sesuci-sucinya; Sedang para sahabat Nabi itu ada yang munafiq, bahkan ada yang keterlaluan dalam kemunafikannya.

Mungkin ada yang berkata begini:

“Orang-orang yang ada di sekitar Nabi Saw. dan penduduk Madinah pada ayat tersebut belum tentu buat para sahabat, karena penduduk Madinah saat itu ada juga dari orang-orang Yahudi, Nasrani, Majusi atau yang lainnya.”

Saudaraku, berarti ia belum faham tentang apa arti dari munafiq itu. Munafik artinya: “Orang yang bermuka dua, atau orang yang lain di mulut lain pula di hatinya, atau orang yang mulutnya berkata beriman namun hatinya mengingkarinya.” Sebagaimana ciri-cirinya telah disebutkan oleh Allah Swt. di dalam al-Qur’an. Di antaranya pada surat al-Baqarah ayat 8 hingga ayat 20, yaitu sbb:

وَمِنَ النَّـاسِ مَنْ يَقُوْلُ آمَنَّا بِاللهِ وَبِالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَ ()

“Dan di antara manusia itu, ada yang mengatakan: Kami beriman kepada Allah dan hari Akhir. Padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” 38

يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَالَّذِيْنَ آمَنُوْا وَمَا يَخْدَعُوْنَ إِلاَّ أَنْفُسَهُـمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَ ()

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar.” 39

فِي قُلُوْبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَ هُمُ اللهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ ()

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah oleh Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” 40

وَإِذَا قِيْـلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُوْا فِي اْلأَرْضِ قَالُوْا إِنَّمَـا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ ()

“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan.” 41

أَلاَ اِنَّهُمْ هُمُ اْلمُفْسِدُوْنَ وَلَكِنْ لاَ يَشْعُـرُوْنَ ()

“Ingatlah!, sesungguhnya mereka itu orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” 42

وَإِذَا قِيْلَ لَهُمْ آمِنُوْا كَمَا آمَنَ النَّـاسُ قَالُوْا أَ نُؤْمِنُ كَماَ آمَنَ السُّفَهَآءُ أَلاَ اِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَآءُ وَلَكِنْ لاَ يَعْلَمُوْنَ ()

“Bila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman ?.” Ingatlah!, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.” 43

وَإِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قَالُوْا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِيْنِ هِمْ قَالُوْا أِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُوْنَ()

“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.”44

اَللهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ ()

“Allah akan membalas olok-olokan mereka, dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.”45

أُوْلَئِكَ الّذِيْنَ اشْتَرَوُا الضَّلاَلَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَ تُهُمْ وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ ()

“Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tiadalah beruntung perniagaannya, dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” 46

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اْستَوْقَـدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَآئَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللهُ بِنُوْرِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِيْ ظُلُمَاتٍ لاَ يُبْصِرُوْنَ ()

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah menghilangkan cahaya yang menyinarinya. Dan membiarkan mereka dalam kegelapan tidak dapat melihat.” 47

صُمٌّ بُكْمٌ عُـمْىٌ فَهُمْ لاَ يَـرْجِعُوْنَ ()

“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali ke jalan yang benar.” 48

اَوْكَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَآءِ فِيْهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُوْنَ أَصَابِعَهُمْ فِيْ آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَـذَرَ اْلمَوْتِ؛ وَاللهُ مُحِيْطٌ بِالْكَافِـرِيْنَ ()

“Atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat. Mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya. Mereka mendengar suara petir, sebab mereka takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.” 49

يَكَادُ اْلبَـرْقُ يَخْطَـفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيْهِ وَإِذَا اَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوْا وَلَوْ شَاءَ اللهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَئٍ قَـدِيْرٌ ()

“Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu. Dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Allah melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” 50

Dengan demikian, berarti orang yang mengatakan bahwa penduduk Madinah yang munafiq atau keterlaluan munafiqnya itu dari golongan orang Yahudi, Nasrani, Majusi dan sebagainya, adalah tidak dapat dibenarkan. Karena, orang Yahudi, Nasrani, Majusi dan lain-lainnya itu tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka adalah orang-orang kafir.

Di samping itu, di dalam al-Qur’an juga terdapat satu surat penuh yang disebut dengan surat al-Munafiqun (orang-orang munafiq). Malah dengan kelicikannya, sangat sulitlah untuk diketahui apakah mereka itu munafiq atau tidak.
Tapi yang jelas, tidak semua sahabat itu benar, hal itu dapat kita buktikan pada kenyataan sikap mereka terhadap Nabi Saw., baik pada waktu beliau masih hidup atau sewaktu sudah wafat.

Di antara tindakan para sahabat adalah:

A. Di Dalam Al-Qur’an.

1. Berani mendebat Nabi Saw..

كَمَا أَخْرَجَـكَ رَبُّكَ مِنْ بَيْتِـكَ بِاْلحَقِّ وَاِنَّ فَرِيْقًا مِنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ لَكَارِهُوْنَ؛ يُجَـادِلُوْنَكَ فِيْ اْلحَقِّ بَعْدَ مَا تَبَيَّنَ؛ كَأَنَّمَا يُسَاقُوْنَ إِلَى اْلمَوْتِ وَهُمْ يَنْظُـرُوْنَ ()

“Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguh- nya sebagian dari orang-orang (yang tidak beriman) itu tidak menyukainya, mereka membantahmu ten- tang kebenaran yang sudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat sebab-sebab ke- matian itu.” 51

Ayat ini mengandung pengertian, bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada Nabi dan para sahabatnya untuk berperang, dan Nabi sudah menerangkan kepada mereka bahwa mereka pasti akan menang. Namun mereka membantahnya tentang apa yang beliau janjikan itu, sepertinya mereka itu lebih mengetahui dari pada Nabi Saw. sendiri. Nah, mungkinkah orang yang mendebat Nabi seperti ini termasuk dari Ahlul Baitnya yang suci?.

2. Lari dari medan pertempuran.

وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئـًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ اْلأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِيْنَ ()

“Dan ingatlah, ketika peperangan Hunain, yaitu diwaktu kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah orang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikitpun, dan bumi yang luas ini terasa sempit oleh kalian, kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai berai.” 52

Ayat ini dengan jelas menunjukkan bagaimana sikap para sahabat terhadap Nabinya. Ketika perang Hunain, mereka melarikan diri dari peperangan. Padahal Allah Swt. mengancam orang yang lari dari medan pertempuran. Sebagaimana firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَالَقِيْتُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا زَحْفًا فَلاَ تُوَلُّوْ هُمُ اْلأَدْبَارَ () وَمَنْ يُوَلِّهِمْ  يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلاَّ مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَى فِئَةٍ فَقَدْ بَاءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ اْلمَصِيْرُ ()

“Hai orang-orang yang beriman, apabila bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) diwaktu itu, kecuali berbelok untuk siasat perang, atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah di Neraka Jahannam, dan amat buruklah tempat kembalinya.” 53

3. Meninggalkan Nabi Saw. disaat beliau sedang berkhuthbah.

وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا اِنْفَضُّوْا إِلَيْهَا وَتَرَكُوْكَ قَـائِمًا قُلْ مَا عِنْـدَ اللهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللهُ خَيْرٌ الرَّازِقِيْنَ ()

“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya, dan mereka meninggalkan kamu (Muhammad) yang sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah, apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada perdagangan dan permainan. Dan Allah sebaik-baiknya pemberi rizki.” 54

4. Ingkar janji.

وَمِنْهُمْ مَنْ عَهَدَ اللهَ لَئِنْ أَتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُوْنَنَّ مِنَ الصَّالِحِيْنَ؛ فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوْا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُوْنَ ()

“Dan di antara mereka, ada orang yang telah berikrar kepada Allah. Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shaleh. Maka, setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka memang orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” 55

5. Mendirikan “Masjid Dhirar”.

وَالَّذِيْنَ اتَّـخَذُوْا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيْقًـا بَيْنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَأِرْصَـادًا لِمَنْ حَارَبَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ مِنْ قَبْلُ وَ لَيَحْلِفُنَّ أِنْ أَرَدْنَا إِلاَّ اْلحُسْنَى وَاللهُ يَشْهَدُ اِنَّهُمْ لَكَاذِبُوْنَ .

“Dan (di antara orang-orang munafiq itu), ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), dan karena kekafirannya. Dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: Kami tidak menghendaki selain kebaikan. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).” 56

6. Pura-pura tidak mendengar.

وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إلَيْكَ حَتَّى إِذَا خَرَجُوْا مِنْ عِنْدِكَ قَالُوْا لِلَّذِيْنَ أُوْتُوْا اْلعِلْمَ مَاذَا قَالَ أَنِفًـا؛ أُولَئِكَ الَّذِيْنَ طَبَعَ اللهُ عَلَى قُلُوْبِهِمُ وَاتَّبَعُوْا أَهْوَاءَهُمْ ()

“Dan di antara mereka, ada orang yang mendengarkan perkataanmu, sehingga apabila mereka keluar dari sisimu, mereka berkata kepada orang-orang yang telah diberi ilmu pengetahuan. Apa yang dikatakan tadi?. Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah, dan mengikuti hawa nafsu mereka.” 57

7. Murtad setelah Nabi Saw. wafat.

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُـلُ أَ فَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَـابِكُمْ؛ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللهَ شَيْأً وَسَيَجْزِى اللهُ الشَّاكِرِيْنَ ()

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul, apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)?. Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat memberikan madharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” 58

Demikianlah, sebenarnya masih banyak ayat-ayat yang menyangkut mereka itu. Namun, kami cukupkan di sini saja agar tidak terlalu panjang.

B. Di dalam hadits.

1. Banyak yang murtad.

Kitab shahih Bukhari bab Wakuntu ‘alaihim syahida, dan pada bab Ash-Shirat. Nabi Saw. bersabda:

يُجَاءُ رِجَالٌ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ فَيُؤْخَذُ بِهِمْ ذَاتَ الشِّمَالِ فَأَقُوْلُ يَارَبِّ أَصْحَابِيْ؛ فَيُقَالُ اِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَاذَا أَحْدَثُّوْا بَعْدَكَ ؛ إِنَّ هَؤُلاَءِ لَمْ يَزَالُوْا مُرْتَدِّيْنَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ مُنْذُ أَنْ فَارَقْتَهُمْ

“Didatangkan beberapa orang dihari kiamat, lalu mereka dibawa ke arah kiri, aku (Nabi) berteriak keheranan, “Ya Tuhanku!, Mereka adalah sahabat-sahabatku!”, lalu dijawab, engkau tidak tahu tentang apa-apa yang mereka perbuat setelahmu. Sesungguhnya mereka itu telah murtad sejak engkau tinggalkan mereka.”

Nah, jika para sahabat itu termasuk dari ahlul bait yang disucikan, tentunya tidak akan terjadi peristiwa kemurtadan mereka.

2. Banyak yang menghuni Neraka.

Kitab shahih Bukhari juz 4 hal. 221 pada bab Kitabul fitan; juz 3 hal. 32, dan halaman lainnya:

لَيَرِدَنَّ عَلَىَّ أَقْوَامٌ اَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُوْنَنِيْ ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِيْ وَ بَيْنَهُمْ فَأَقُوْلُ اِنَّهُمْ مِنِّيْ فَيُقَالُ اِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَاذَا أَحْدَثُّوْا بَعْدَكَ فَأَقُوْلُ سُحْقًا, سُحْقًا, لِمَنْ غَيَّرَ بَعْـدِى !.

“Akan lewat di hadapanku (kelak di hari kiamat), beberapa kelompok yang aku kenal mereka, dan mereka juga mengenalku. Kemudian dipisahkan antara mereka dan aku, aku berkata: “Mereka adalah sahabatku”. Maka dijawab: “Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang mereka kerjakan (perbuat) sepeninggalmu”. Kukatakan: “Celaka dan keparatlah yang mengubah-ubah ajaran sepeninggalku!.”

بَيْنَمَا أَنَا قَائِمٌ؛ فَإِذَا زُمْرَةٌ حَتَّى إِذَا عَرَفْتُهُمْ خَرَجَ رَجُلٌ مِنْ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ فَقَالَ هَلُمَّ؛ فَقُلْتُ إِلَى أَيْنَ ؟؛ إِلَى النَّارِ وَاللهِ. قُلْتُ مَاشَاءْنُهُمْ؛ قَالَ اِرْتَدُّوا بَعْدَكَ عَلَى أَدْبَارِهِمْ اَلْقَهْقَرِىُّ ؛ فَلاَ أَرَى يَخْلُصُ مِنْهُمْ إِلاَّ مَثَلُ هُمَّلِ النَّعَمِ .

“Ketika aku (Nabi) sedang berdiri, tiba-tiba datang sekelompok orang yang kukenal. Lalu keluarlah seorang di antara kami dan mereka, maka ia berkata: Mari!. Maka aku bertanya, kemana?. Jawabnya: ke Neraka demi Allah!. Apa kesalahan mereka?, tanyaku. Dia berkata: Mereka telah murtad setelahmu dan berbalik dari kebenaran. Maka aku tidak melihat mereka yang selamat, melainkan (sedikit sekali) seperti sekelompok onta yang tersisih.”

إِنِّيْ فَرْطُكُمْ عَلَى اْلحَوْضِ مَنْ مَرَّ عَلَىَّ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا لَيَرِدَنَّ عَلَىَّ أَقْوَامٌ اَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُوْنَنِيْ ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِيْ وَ بَيْنَهُمْ فَأَقُوْلُ: أَصْحَابِيْ؛ فَيُقَالُ: اِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُّوْا بَعْدَكَ فَأَقُوْلُ سُحْقًا؛ سُحْقًا؛ لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِى .

“Aku (Nabi) akan mendahului kalian di telaga, siapa yang berlalu padaku, dia akan minum, dan siapa yang telah minum, tidak akan dahaga selama-lamanya. Kelak akan ada sekelompok orang yang ku-kenal dan juga mereka mengenalku, mereka datang kepadaku, kemudian mereka dipisahkan dariku. Aku akan berkata: “Sahabatku, Sahabatku!”. Lalu dijawab: “Engkau tidak tahu apa yang mereka lakukan setelah ketiadaanmu.” Dan akupun berkata: “Enyahlah!, Keparatlah!, mereka yang telah mengubah-ubah ajaran setelah ketiadaanku!.”

بَيْنَا أَنَا قَـائِمٌ إِذَا زُمْرَةٌ حَتَّى إِذَا عَرَفْتُهُمْ خَرَجَ رَجُلٌ مِنْ بَيْنِيْ وَبَيْنَهُمْ؛ فَقَالَ هَلُمَّ؛ قُلْتُ إِلَى أَيْنَ ؟؛ فَقَالَ إِلَى النَّارِ ؛ قُلْتُ مَا شَاءْنُهُمْ ؟؛ قَالَ اِنَّهُمْ اِرْتَدُّوْا بَعْدَكَ عَلَى أَدْبَارِ هِمُ اْلقَهْقَرِىُّ فَلاَ أَرَى يَخْلُصُ مِنْهُمْ إِلاَّ مِثْلَ هُمَّلِ النَّعَمِ؛ يَعْنِى اْلإِبِلَ الضَّالَّةَ؛ أَيْ إِنَّ النَّاجِي مِنَ النَّارِ قَلِيْلٌ فِيْ قِلَّةِ الَنَّعَمِ الضَّـالَةِ .

“Ketika aku (Nabi) sedang berdiri, terlihat sekelompok orang, ketika aku kenali mereka, seorang di antara mereka keluar, kemudian ia berkata dan mengajak kawan-kawannya: “Ayo, mari!.” Aku bertanya: “Hendak kemana?.” Ia menjawab: “Ke Neraka!.” Lalu aku bertanya lagi: “Mengapa nasib mereka sampai demikian?. Apa kesalahan mereka?.” Kemudian dijawab: “Sesungguhnya mereka telah murtad sepeninggalmu dan berbalik kebelakang. Kulihat tidak ada yang selamat dan lolos, kecuali beberapa orang saja dan sedikit, seperti sedikitnya jumlah onta yang tersesat.” 60

3. Sahabat mengaku telah melakukan bid’ah setelah Rasul Saw. wafat.

Kitab shahih Bukhari bab Ghozwah al-Hudaibiyah:

لَقِيْتُ اْلبَرَّأَ ابْنَ عَازِبٍ فَقُلْتُ لَهُ ؛ طُوْبَى لَكَ يَا صَاحِبَ رَسُوْلِ اللهِ وَبَايَعْتَهُ تَحْتَ الشَّجَرَةِ؛ فَقَالَ؛ يَا اِبْنَ أَخِيْ؛ لاَ تَدْرِى مَاذَا أَحْدَثْنَا بَعْـدَهُ .

“Aku (perawi) telah bertemu dengan al-Barra‘ bin ‘Azib, lalu kukatakan padanya: “Anda beruntung wahai sahabat Rasul. Anda telah membai’at Rasul di bawah pohon. Akan tetapi, al-Barra’ berkata: “Hai putra saudaraku, kau tidak tahu, apa sebenarnya yang telah kami ada-adakan sepeninggalnya.”

4. Mengikuti tradisi bangsa Yahudi dan Nasrani.

Kitab shahih Bukhari dan Muslim dari Imam Ahmad bin Hambal. Rasul Saw. bersabda:

لَتَـتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِراَعٍ حَتَّى إِذَا دَخَلُوْا حُمْرَضَبٍّ لَتَبِعْتُمُوْهُمْ؛ قُلْنَا يَارَسُوْلَ اللهِ اَلْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى ؟؛ قَالَ فَـمَنْ ؟.

“Kalian akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga apabila mereka memasuki lubang biawakpun, pasti kalian akan mengikutinya. Kami bertanya kepada beliau: Ya Rasulullah!, bukankah mereka dari kaum Yahudi dan Nasrani?, beliau menjawab: Siapa lagi?.”

5. Mengatakan, bahwa Nabi Saw. sedang meracau atau mengigau.

Kitab shahih Bukhari bab Tastathi‘u Ahludz-dzimmah:

إِيْتُوْنِيْ بِدَوَاةٍ وَكَتِفٍ؛ اَكْتُبُ لَكُمْ كِتَابًا لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُ! فَقَالُوْا يَكْفِيْنَا كِتَابَ اللهِ؛ ثُمَّ لَمَّا أَلَحَّ عَلَيْهِمْ؛ قَالُوْا دَعُوْهُ هَجَرَ رَسُوْلُ اللهِ .

 “Berilah aku (Nabi) tinta dan kulit pelepah kurma, atau tulang yang tipis, akan kutuliskan untuk kalian tentang sesuatu, yang jika kalian mengikutinya, kalian tidak akan sesat selamanya. Maka mereka membantah dan berkata: “Kitab Allah cukup bagi kami. Setelah beliau mengulangi beberapa kali, mereka lalu mengumpat dan berkata: “Tinggalkan dia, dia (Nabi) sedang mengigau atau meracau.”

Saudaraku. Jika kami sebutkan semua kenyataan yang dilakukan oleh para sahabat, tentunya kita akan sibuk dengan pembahasan tentang mereka saja. Untuk mempersingkat waktu, kami sebutkan saja kitabnya dan babnya, kemudian silahkan anda cek sendiri agar lebih mantap. Di antaranya:

-. Tentang penolakan para sahabat pada wasiat Rasul Saw., yang padahal, bila wasiat tersebut dijalankan, maka umat Islam ini tidak akan sesat selama-lamanya. Hal ini tersebut dalam kitab shahih Bukhari bab Ilmu. Di kitab shahih Muslim pada bab Wasiat.
-. Tentang penolakan para sahabat pada perintah Rasul Saw., untuk menyembelih onta mereka pada perang Tabuk, dan perintah untuk memakan dagingnya, jika mereka kehabisan makanan di medan pertempuran. Hal ini terdapat pada kitab shahih Bukhari bab Haml Al-dzat fil-Ghazwah.
-. Tentang para sahabat yang pada mulanya menolak gagasan perdamaian Rasul Saw. di Hudaibiyyah. Mereka menggunakan ucapan yang tidak sopan dalam berbicara dengan beliau. Hal ini tersebut dalam kitab shahih Bukhari bab Kitabus-Surut wal-Jihad wal-Mushalahah Ma‘a-Ahlil-haq juz 11 hal. 119-123.
-. Tentang sikap para sahabat yang tidak sopan kepada beliau Saw.. Mereka menarik baju beliau dengan kasar, ketika beliau hendak berdiri menunaikan shalat jenazah. Hal ini tersebut dalam kitab hadits shahih Bukhari bab Kitab Al-libas.
-. Tentang sikap para sahabat yang membantah perintah Rasul Saw. kepada Abu Hurairah, agar ia menyampaikan kabar gembira tentang sorga pada setiap orang yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Abu Hurairah dipukul sampai tersungkur. Hal ini tersebut dalam kitab shahih Muslim bab Man laqiyallah bil Iman Wa huwa ghairu syarik fiihi dakhalal jannah hal. 44 juz 1.
-. Sikap para sahabat yang tawar menawar kepada Rasul Saw. untuk membunuh seseorang, padahal menurut sabda beliau, bila ia terbunuh, maka tidak ada dua golongan yang berselisih. Hal ini tersebut dalam kitab Musnad Imam Ahmad bin Hambal juz 3 hal. 15, hadits yang berasal dari Abu Sa’id.
-. Tentang para sahabat yang mengatakan/membuat isu-isu tidak sopan kepada Nabi Saw., bahwa beliau pernah kencing sambil berdiri di tempat sampah pada halaman rumah seseorang. Hal ini tersebut di dalam kitab shahih Bukhari bab Wudhu’ juz 1 hal. 52. Terjemahannya pada jilid 3 hal. 37 hadits yang ke 1182.
-. Tentang kelakuan sahabat yang memanjat rumah hafsah (isteri Nabi) guna melihat (mengintip) apa yang dilakukan oleh beliau dengan isterinya, kemudian ia melihat bahwa Nabi sedang memenuhi hajatnya. Hal ini tersebut di dalam kitab shahih Bukhari Bab Wudhu’ bab Tabarruz fil-buyut juz 1 hal. 41. Terjemahannya pada jilid 1 hal. 77 hadits yang ke 107.
-.  Tentang kelakuan para sahabat yang disuruh oleh Nabi Saw., agar mencarikan 3 buah batu guna membersihkan najis, namun mereka malah memberikan kepada beliau kotoran (tahi) yang sudah keras. Hal ini tersebut dalam kitab shahih Bukhari juz 1 hal. 42 bab Istinja’ bil-hajarah.Terjemahannya pada jilid 1 hal. 80 hadits yang ke 114.
-.  Tentang sikap para sahabat yang tidak sopan di hadapan Nabi Saw., yakni sambil mengangkat suaranya dan saling mencaci di hadapan beliau, hingga Allah Swt. menurunkan surat al-Hujurat ayat 2. Hal ini tersebut di dalam kitab shahih Muslim bab Jihad. Kitab Tafsir Ibnu Katsir tentang tafsiran ayat tersebut.
-. Tentang tindakan antar mereka yang saling menghalalkan darah pada beberapa kali peperangan, yaitu perang Jamal, Shiffin dan Nahrawan. Hal ini tersebut dalam kitab Tarikh Islam.
-. Membunuh sahabat ‘Ammar bin Yasir. Padahal mereka telah mendengar, bahwa Nabi Saw. bersabda: “Wahai ‘Ammar!. Kelak engkau akan dibunuh oleh pasukan pemberontak yang akan mengajakmu ke Neraka, sedang engkau mengajak mereka ke Sorga”. Hal ini ada pada shahih Bukhari bab Jihad was-Siyar juz 3.
-. Membunuh sahabat Hujur bin ‘Ady.
-. Membunuh sahabat Amr bin Hamq.
-. Membunuh sahabat Malik bin Nuwairah dengan cara yang sangat keji, kemudian Isteri Malik ditiduri malam itu juga dengan secara paksa (diperkosa), oleh seorang sahabat yang dianggap oleh sebagian banyak umat Islam sebagai pahlawan Islam yang paling gagah berani. 61
-. Dan lain sebagainya.

Dengan demikian, jadi jelas dan gamblanglah, bahwa pengertian ahlul bait adalah bukan dari para sahabat. Apalagi kok diartikan untuk kita sekalian. Mereka itu ada yang shaleh, dan ada pula yang tidak shaleh. Ada yang tetap beriman semenjak Nabi Saw. masih hidup hingga wafatnya, dan ada pula yang munafiq, bahkan ada pula yang murtad setelah beliau wafat.



38 QS. Al-Baqarah ayat 8.
39 QS. Al-Baqarah ayat 9.
40 QS. Al-Baqarah ayat 10.
41 QS. Al-Baqarah ayat 11.
42 QS. Al-Baqarah ayat 12.
43 QS. Al-Baqarah ayat 13.
44 QS. Al-Baqarah ayat 14.
45 QS. Al-Baqarah ayat 15.
46 QS. Al-Baqarah ayat 16.
47 QS. Al-Baqarah ayat 17.
48 QS. Al-Baqarah ayat 18.
49 QS. Al-Baqarah ayat 19.
50 QS. Al-Baqarah ayat 20.
51 QS. Al-Anfal ayat 5-6.
52 QS. At-Taubah ayat 25.
53 QS. Al-Anfal ayat 15-16.
54 QS. Al-Jumu‘ah ayat 11.
55 QS At-Taubah 75 –76.
56 QS. At-Taubah ayat 107.
57 QS. Muhammad ayat 16.
58 QS. Al-Imran ayat 144,
60 Maksudnya jumlah sahabat yang lolos dari api neraka sangatlah sedikit.
61 Yang dimaksud adalah Khalid bin Walid.