Kamis, 12 Mei 2016

Unknown

BSM | Makalah Kesembilan Part2

Makalah membedah shirathal mustaqiem bagian dua
Saudaraku.

Demikianlah, khutbah Nabi Saw. ketika melantik Ahlul Bait-nya sebagai Imam /Pemimpin sepeninggalnya. Hati kita ngeri rasanya bila mau menghayati, memahami, dan merenungkan isinya.

Lafadz arabnya sengaja tidak kami sebutkan, karena terlalu panjang, dan bila pembaca ingin mengetahuinya, maka kami persilahkan untuk mengecek sendiri pada Kitab-kitab yang kami sebutkan nanti. Atau salah satu saja di antaranya yang telah ditulis oleh seorang Ulama’ besar ahli tafsir, yaitu: “Imam Syeikh at-Thabari” dalam kitabnya yang berjudul “Kitaabul Wilayah”, bunyinya adalah sebagai berikut:

أَخْرَجَ بِإِسْنَادِهِ فِى كِتاَبِ الْوِلاَيَةِ عَنْ زَيْدِ ابْنِ أَرْقَمٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَ النَبِيُّ (ص) بِغَدِيْرِ خُمٍ فِى رُجُوْعِهِ مِنْ حَجَّةِ الْوَدَاعِ وَكَانَ فِي وَقْتِ الضُحَى وَحَرٍّ شَدِيْـدٍ, أَمَـرَ بِالْدَّوْجَاتِ فَقُمَّتْ وَنَادَى الصَّـلاَةَ جاَمِعَـةً, فاَجْتَمَعْنَا فَخَطَبَ خُطْبَةً باَلِغَةً ثُمَّ قاَلَ: إِنَّ اللهَ تَعَالَى أَنْزَلَ إِلَيَّ: بَلِّغْ مآ أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَاِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ؛ وَقَدْ اَمَرَنِى جِبْرِيْـلُ عَنْ رَبِّي أَنْ أَقُوْمَ فِي هَذَا الْمَشْهَدِ وَأُعْلِمَ كُلَّ اَبْيَضٍ وَاَسْوَدٍ. إِنَّ عَلِيًّا ابْنَ أَبِيْ طَالِبٍ أَخِيْ وَوَصِيِّيْ وَخَلِيْفَتِيْ وَاْلإِمَـامِ بَعْدِيْ، فَسَأَلْتُ جِبْرِيْلَ أَنْ يَسْتَعْفِيَ لِي رَبِّى لِعِلْمِيْ بِقِلَّةِ الْمُتَّقِيْنَ وَكَثْرَةِ الْمُؤْذِيْنَ لِيْ وَاللاَّئِمِيْنَ لِكَثْرَةِ مُلاَزَمَتِى لِعَلِيٍّ وَشِدَّةِ إِقْبَالِي عَلَيْهِ حَتَّى سَمُّوْنِيْ أُذُنًا. فَقَالَ تَعَالَى: وَمِنْهُمُ الَّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ النَّبِيَّ وَيَقُوْلُوْنَ هُوَ أُذُنٌ. قُلْ أُذُنٌ خَيْرٌ لَكُمْ وَلَوْ شِئْتُ أَنْ أُسَمِّيْهِمْ وَأَدُلُّ عَلَيْهِمْ لَفَعَلْتُ، وَ لَكِنِّى بِسِتْرِهِمْ قَدْ تَكَرَّمْتُ، فَلَمْ يَرْضَى اللَّـهُ إِلاَّ بِتَبْلِيْغِيْ فِيْهِ فَاعْلَمُوْا. مَعَاشِرَ النَّاسِ ذَالِكَ فَاِنَّ اللهَ قَدْ نَصَبَهُ لَكُمْ وَلِيًّا وَإِمَامًا، وَفَرَّضَ طَاعَتَهُ عَلَى كُلِّ أَحَدٍ، مَاضَى حُكْمُهُ جَائِزٌ قَوْلُهُ مَلْعُوْنٌ مَنْ خَالَفَهُ مَرْحُوْمٌ مَنْ صَدَقَهُ. إِسْمَعُوْا وَأَطِيْعُوْا، فَاِنَّ اللهَ مَوْلاَكُمْ وَعَلِيٌّ أِمَامُكُمْ، ثُمَّ اْلإِمَامَةُ فِى وَلَدِيٍّ مِنْ صُلْبِهِ إِلَى الْقِياَمَةِ، لاَحَلاَلٌ إِلاَّ مَااَحَلَّ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ، وَلاَ حَرَامٌ إِلاَّ مَا حَرَّمَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ وَهُمْ، فَمَا مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ وَقَدْ أَحْصَاهُ اللهُ فِيْ وَنَقَلْتُهُ إِلَيْهِ. فَلاَ تَضِلُّوْا عَنْهُ وَلاَ تَسْتَنْكِفُوْا مِنْهُ فَهُوَ الَّذِيْ يَهْدِى إِلَى الْحَقِّ وَيَعْمَلُ بِهِ لَنْ يَتُوْبَ اللهُ عَلَى أَحَدٍ أَنْكَرَهُ وَلَنْ يَغْفِرَلَهُ حَتْمًا عَلَى اللهِ أَنْ يَفْعَلَ ذَالِكَ أَنْ يُعَذِّبَهُ عَذَاباً نُكْرً اَبَدَ اْلآبِدِيْنَ. فَهُوَ اَفْضَلُ النَّاسِ بَعْدِيْ مَا نَزَلَ الرِّزْقُ وَبَقِيَ الْخَلْقُ، مَلْعُوْنٌ مَنْ خَالَفَهُ، قَوْلِي عَنْ جِبْرِيْلِ عَنِ اللهِ. فَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ. اِفْهَمُوْا مُحْكَمَ الْقُرْآنِ وَلاَ تَتَّبِعُوْا مُتَشَابِهَهُ وَلَنْ  يُفَسِّرَ ذَالِكَ إِلاَّ مَنْ أَنَا آخِذٌ بِيَدِهِ، وَشَاتِلٌ بِعَضُدِهِ وَمُعَلِّمُكُمْ: إِنَّ مَنْ كُنْتُ مَوْلاَهُ فَهَذَا عَلِيٌّ مَوْلاَهُ وَمُوَالاَتِهِ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْزَلَهَا عَلَيَّ، أَلاَ وَقَدْ آدَيْتُ، أَلاَ وَقَدْ بَلَّغْتُ، أَلاَ وَقَدْ أَسْمَعْتُ، أَلاَ وَقَدْ أَوْضَحْتُ، لاَ تَحِلُّ إِمْرَةُ الْمُؤْمِنِيْنَ بَعْدِيْ ِلأَحَدٍ غَيْرُهُ. ثُمَّ رَفَعَهُ إِلَى السَّمَاءِ حَتَّى صَارَتْ رِجْلُهُ مَعَ رُكْبَةِ النَّبِيِّ (ص) وقال: مَعَاشِرَ النَّاسِ، هَذَا أَخِيْ وَوَصِيِّيْ وَوَاعِى عِلْمِيْ وَخَلِيْفَتِيْ عَلَى مَنْ آمَنَ بِيْ وَعَلَى تَفْسِيْرِ كِتَابِ رَبِّي، (وَفِي رِوَايَةٍ): اَللَّهُمَّ وَالِ مَنْ وَالاَهُ، وَعَادِ مَنْ عَادَاهُ، وَالْعَنْ مَنْ أَنْكَرَهُ. وَاغْضَبْ عَلَى مَنْ جَحَدَ حَقَّهُ. اَللَّهُمَّ اِنَّكَ أَنْزَلْتَ عِنْدَ تَبْيِيْنِ ذَالِكَ فِى عَلِيٍّ: (اَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ بِإِمَامَتِهِ فَمَنْ لَمْ يَأْتَمْ بِهِ وَبِمَنْ كَانَ مِنْ وَلَدِيْ مِنْ صُلْبِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُوْنَ. إِنَّ إِْبِلْيَس اَخْرَجَ آدَمَ (ع) مِنَ الْجَنَّةِ مَعَ كَوْنِهِ صَفْوَةَ اللهِ بِالْحَسَدِ، فَلاَ تَحَسَّدُوْا فَتَحْبَطَ أَعْمَالَكُمْ وَتَزِلَ أَقْدَامَكُمْ، فِى عَلِيٍّ نُزِلَتْ سُوْرَتُ وَالْعَصْرِ إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَفِى خُسْرٍ() مَعَاشِرَ النَّاسِ، آمِنُوْا بِاللهِ وَرُسُوْلِهِ وَالنُّوْرِ الَّذِي اَنْزَلَ مَعَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَطْمِسَ وُجُوْهًا فَنَرُدُّهَا عَلَى أَدْبَارِهِمْ أَوْ نَلْعَنُ هُمْ كَمَا لَعَنَّا أَصْحَابَ السَّبْتِ. اَلنُّوْرُ مِنَ اللهِ فِيِّ ثُمَّ فِى عَلِيٍّ، ثُمَّ فِى النَّسْلِ مِنْهُ إِلَىالْقَائِمِ الْمَهْدِيْ، مَعَاشِرَ النَّاسِ ، سَيَكُوْنُ مِنْ بَعْدِيْ أَئِمَّةٌ يَدْعُوْنَ إِلَى النَّارِ، وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يُنْصَرُوْنَ، وَاَنَّ اللهَ وَأَنَا بَرِيْئَانِ مِنْهُمْ وَأَنْصَارَهُمْ وَاَتْبَاعَ هُمْ فِى الدَّرْكِ اْلأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ, وَسَيَجْعَلُوْنَهَـا مُلْـكًا اِغْتِصَابًا فَعِنْدِهَا يَفْزَعُ لَكُمْ أَيُّهَا الثَّقَلاَنِ وَيُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِنْ نَارٍ وَنُحَاسٍ فَلاَ تَنْتَصِرَانَ.

Dari Zaid bin Arqam, ia berkata: “Ketika Nabi Saw. tiba di Ghodir Khum, sekembalinya dari Haji Wada’, saat hari sangat panasnya, beliau memerintahkan untuk berlindung di bawah pohon besar. Kemudian didirikanlah shalat jama’ah, maka kami semua berkumpul. Kemudian beliau berkhutbah sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah Swt. telah menurunkan wahyu kepadaku sebagai berikut: “Sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu! Jika engkau tidak menyampaikannya, maka engkau tidak menyampaikan seluruh risalah-Nya. Dan Allah menjagamu dari gangguan manusia.” Dan sungguh, Jibril as. telah memerintah aku dari Tuhanku untuk berdiri di tempat ini, dan mempermaklumkan kepada setiap orang yang berkulit putih maupun hitam, bahwa sesungguhnya, Ali bin Abi Thalib adalah Saudaraku, penerima wasiatku, khalifahku dan Imam sesudahku.

Maka aku meminta kepada Jibril as. agar Tuhanku mengampuniku, karena sepengetahuanku, sedikit orang yang muttaqin, dan banyak orang-orang yang menyakitiku, dan orang-orang yang keji, karena banyaknya aku menyertai Ali dan seringnya aku menyambutnya. Sehingga aku dijulukinya ‘Udzunun (artinya mengiyakan kata-kata ‘Ali).

Maka berfirman Allah Swt.: “Dan di antara para pengganggu Nabi berkata, bahwa dia (Rasul) condong (pada Ali). Katakanlah!, Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu.” Apabila aku berkehendak untuk menyebutkan nama-nama mereka satu persatu, niscaya aku sebutkan dan akan aku tuding dengan telunjukku. Akan tetapi, dengan tidak menyebutkan mereka, sungguh aku telah dimuliakan, dan kesemuanya itu Allah tidak meridhaiku, kecuali hanya aku diperintahkan untuk menyampaikan apa-apa yang diturunkan Allah kepadaku.

Maka ketahuilah wahai manusia sekalian!.

Sesungguhnya Allah Swt. telah mendudukkan Ali sebagai Wali dan Imam bagi kalian. Dan Allah telah mewajibkan atas tiap-tiap orang mentaati Ali, bagi setiap orang yang bertauhid dan berjalan di atas hukum-Nya, yang tepat ucapannya dan menjalankan perintah-Nya. Terkutuklah orang-orang yang mengingkarinya, dirahmati orang yang membenarkannya.

Dengarkan dan taatilah!.
Maka sesungguhnya Allah Swt. adalah pemimpin kalian dan Ali adalah Imam kalian, kemudian Imam-Imam dari putra-putraku dari sulbinya hingga hari kiamat.

Tiada halal kecuali apa yang dihalalkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan tiada haram kecuali apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Tiada satu ilmupun tertinggal kecuali telah dihimpunkan oleh Allah padaku, dan setiap ilmu yang dihimpunkan oleh Allah padaku kusampaikan pada Ali, maka janganlah kalian berpaling dan lari darinya, dia lah penunjuk jalan kepada yang haq dan mempraktekkannya. Tiada sekali-kali diterima taubatnya oleh Allah setiap orang yang mengingkari wilayahnya, dan tiada sekali-kali mendapatkan maghfirah-Nya. Yang demikian itu sudah menjadi ketetapan-Nya, dan akan di ’adzab-Nya dengan ’adzab yang sangat pedih sepanjang masa dan kekal.

Maka sesungguhnya Ali adalah manusia termulia sesudahku, perantaraan kamilah rezeki diturunkan dan lestarinya segala ciptaan. Terkutuklah orang yang mengingkarinya. Ucapanku ini dari Jibril, dan Jibril dari Allah Swt. Maka jagalah setiap diri kalian dari apa yang akan terjadi kemudian.
Fahamilah ayat-ayat yang jelas (Muhkamat) dari al-Qur’an. Janganlah kamu ikuti yang samar (Mutasyabihaat). Tidak mungkin dapat dijelaskan seluk-beluk yang samar itu pada kalian. Tidak kuterangkan pada kalian tafsirnya, kecuali telah kusampaikan pada orang yang kuangkat tangan dan lengannya ini.

Dan aku umumkan pada kalian: “Sesungguhnya, barangsiapa yang mengangkat aku sebagai pemimpinnya, maka inilah Ali sebagai pemimpinnya juga. Dan wilayahnya dari Allah ‘Azza Wa Jalla yang diturunkan kepadaku. Ingat!, sungguh telah kutunaikan, dan Ingat!, sungguh telah kusampaikan, dan Ingat!, sungguh telah kuperdengarkan, dan Ingat!, sungguh telah kujelaskan. Tidak sah (halal) kedaulatan kaum mukminin sesudahku bagi siapapun kecuali dia.”

Kemudian, Nabi mengangkat Imam Ali ke atas, sehingga kakinya berada tepat pada lutut Nabi Saw., sambil beliau bersabda:

“Wahai manusia sekalian!. Inilah saudaraku, dan penerima wasiatku, dan yang mendalami ilmuku, dan khalifahku atas orang yang percaya denganku, dan yang berhak mentafsiri kitab Tuhanku.”

Dan pada riwayat lain beliau bersabda:
“Ya Allah!, pimpinlah orang yang bersedia dipimpinnya, dan musuhilah orang yang memusuhinya, dan kutuklah orang yang mengingkarinya, dan murkailah orang yang meniadakan haknya.”

“Ya Allah!. Sesungguhnya Engkau telah memerintahkan kepadaku untuk menjelaskan kedudukan Ali sebagai Wali-Mu: “Pada hari ini, telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu dengan ke-Imamahan Ali bin Abi Thalib. Dan barangsiapa yang tidak menuruti perintahnya, dan bagi siapa yang menduduki kedudukannya dan kedudukan putra-putraku dari sulbinya hingga hari kiamat, maka mereka telah menghapus amalannya, dan di dalam neraka kekal abadi.”

Sesungguhnya Iblis mengeluarkan Adam as., dari surga dengan kasus iri hati, maka janganlah kalian iri hati pada Ali, yang akan menghapuskan amalan kalian dan membuat kalian terperosok ke dalam neraka. Pada Ali-lah turun surat al-’Ashr.

Wahai manusia sekalian!.

Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berimanlah kepada cahaya-Nya (al-Qur’an) yang diturunkan-Nya, sebelum wajah kalian dipalingkan dan membuat kerusakan. Dan kami melaknat mereka, sebagaimana melaknatnya kami kepada Ash-habassabti.

Cahaya Allah itu datang dari Allah di dalam diriku, kemudian pada Ali, kemudian pada keturunannya hingga al-Qa’im al-Mahdi.

Wahai manusia sekalian!.

Sesungguhnya akan terjadi setelahku Imam-Imam yang menjurus kepada api neraka, dan pada hari kiamat tiada mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya Allah dan aku berlepas diri dari mereka, dan yang membantu mereka, dan yang mengikuti mereka itu pada tempat yang paling bawah dari neraka. Dan mereka akan menjadikannya kerajaan yang saling merampas, maka di sisinya akan menakutkan bagi kalian wahai jin dan manusia. Dan dilepaskan kepada jin dan manusia nyala api dan cairan tembaga, maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri dari padanya.”

Saudaraku.

Peristiwa tersebut juga dicatat oleh para ‘Ulama yang banyak sekali, baik ‘Ulama Ahli Tafsir, Ahli Hadits, Ahli Ilmu Kalam, Ahli Sejarah dan lain sebagainya.

A. Di antara para ulama’ Ahli Tafsir adalah:
1.    Imam Thabari dalam Jami’ul-Bayan.
2.    Imam Tsa’labi dalam al-Kasyfu wal bayan.
3.    Imam al-Wahidi dalam as-Babun-Nuzul.
4.    Imam al-Qurtubi dalam al-Jami’ li Ahkamil Qur’an.
5.    Imam Abu Shu’ud dalam Tafsir Abu Shu’ud.
6.    Imam Fahrur-Rozi dalam Tafsir al-Kabir.
7.    Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir.
8.    Imam an-Naisaburi dalam Tafsir Naisaburi.
9.    Imam Jalaluddin as-Suyuti dalam Tafsir ad-Duur al-Mantsur.
10.     Imam al-Khatib asy-Syarbini dalam Tafsir Syarbini.
11.     Imam al-Alusi al-Bagdadi dalam tafsir Ruuhul Ma’aani.

B. Di antara para ulama’ ahli sejarah adalah:
1.      Syeikh at-Thabari dalam Al-Mufrad.
2.      Syeikh al-Baladzuri dalam Anshabul-Asyraf.
3.      Syeikh Ibnu Qutaibah dalam al-Imamah Was-Siyasah.
4.      Syeikh Ibnu Zuula al-Laitsi dalam Sirah al-Laitsi.
5.      Syeikh al-Khatib al-Bagdadi dalam Tarich Bagdad.
6.      Syeikh Ibnu Abdil Barr dalam al-Isti’ab.
7.      Syeikh asy-Syahrastani dalam al-Milal wan Nihal.
8.      Syeikh Ibnu ‘Asakir dalam Tarichusy-Syam.
9.      Syeikh Yaqut al-Chamawi dalam Mu’jamil Udaba’.
10.  Syeikh Ibnul Atsir dalam Usdul Ghabbah.
11.  Syeikh Ibnu Abil Hadid dalam Syarh Nahjul Balaghah.
12.  Syeikh Ibnu Khalkan dalam Tarich Ibnu Khalkan.
13.  Syeikh al-Yafi’i dalam Mir‘atul Janan.
14.  Syeikh Ibnu Syekh al-Balawi dalam Alif Ba’.
15.  Syeikh Ibnu Katsir ad-Dimisyqi dalam al-Bidayah Wan-Nihayah.
16.  Syeikh Ibnu Khaldun dalam Tarich Ibnu Khaldun.
17.  Syeikh Syamsuddin adz-Dzahabi dalam Tadzkiratul-Khuffadz.
18.  Syeikh Ibnu Hajar al-’Asqalani dalam al-Ishabah Wa Tahdzibut-Tahdzib
19.  Syeikh an-Nuwairi dalam Nihayatul-‘Arab fi Fununil-Adab.
20.  Syeikh Ibnu Shabagh al-Malaki dalam Fushulul-Muhimmah.
21.  Syeikh al-Maqrizi dalam al-Khuththath.
22.  Syeikh al-Qarmani ad-Dimisyqi dalam Akhbarud-Duwal.
23.  Syeikh Nuruddin al-Khalabi dalam Sirah al-Halabiyyah.
24.  Syeikh Jalaluddin As-Suyuti, tidak hanya pada satu kitab karangannya.

C. Di antara para ‘Ulama’ Ahli Hadits adalah:
1.      Imam Syafi’i, di dalam kitab Nihayah Ibnul-Katsir.
2.      Imam Ahmad bin Hambal, di dalam Musnad dan Manaqibnya.
3.      Imam Ibnu Majah, di dalam Sunannya.
4.      Imam Turmudzi, di dalam Shahihnya.
5.      Imam Nasa’I, di dalam Khashaisnya.
6.      Imam Abu Ya’la al-Maushili, di dalam Musnadnya.
7.      Imam al-Baghawi, di dalam Sunannya.
8.      Imam ad-Daulabi, di dalam kitab al-Kina Wal Asma’.
9.      Imam at-Thahawi, di dalam kitab Musykilul Atsar.
10.  Imam Hakim an-Naisaburi, di dalam kitabnya al-Mustadrak.
11.  Imam Ibnu al-Maghazili, di dalam Manaqibnya.
12.  Imam Mandah al-Ash-Bihani, di dalam banyak karangannya.
13.  Imam al-Khatib al-Khawarzimi, di dalam Manaqib Maqtal al-Husein.
14.  Imam al-Kanji asy-Syafi’i, di dalam kitab Kifayatut-Thalib.
15.  Imam Muhibbudin at-Thabari, di dalam Ar-Riyadlun-Nadhirah dan Dakhairul ‘Uqba.
16.  Imam Khomwini, di dalam kitab Faro’idus-Simthin.
17.  Imam Ibnu Hajar al-Haitsami, di dalam kitab Majma’uz-Zawaid.
18.  Imam adz-Dzahabi, di dalam Talkhis al-Mustadrak.
19.  Imam al-Jazairi, di dalam kitabnya Usnul-Mathalib.
20.  Imam Abul-Abbas al-Qasthallani, di dalam kitab Mawahib al-Laduniyyah.
21.  Imam al-Muttaqi al-Hindi, di dalam kitabnya Kanzul ‘Ummal.
22.  Imam al-Hirawi al-Qari, di dalam kitab Syarh al-Miskah.
23.  Imam al-Manawi Tajuddin, di dalam kitab Kunuuzul-Haqa’iq.
24.  Imam Syaikhani al-Qadiri, di dalam kitab Shiratus-Sawi fi Manaaqibi  ‘Aalin Nabi.
25.  Imam al’Allamah Syekh Baktsir al-Hadrami, di dalam Washilatu-ma’a-fi manaqibil-‘Aal.
26.  Imam Abu Abdillah az-Zarqani al-Maliki di dalam kitab Syarhul-Mawahib.
27.  Imam Ibnu Hamzah ad-Damasqi al-Hanafi, di dalam Kitab al-Bayaan wat-Ta’rif.
28.  Dan lain-lain.

D. Di antara para ‘Ulama’ ahli Kalam adalah:
1.      Al-Qadli Abu Bakar al-Baqilani, di dalam kitab At-Tamhid.
2.      Al-Qadli Abdur-Rahman al-Iji asy-Syafi’i, di dalam kitab al-Mawaqif.
3.      Sayyid Asy-Syarif al-Jurjani, di dalam kitab Syarhul-Mawaqif.
4.      Al-Baidlawi, di dalam kitab Thawali’ul-Anwar.
5.      Syamsuddin al-Isfahani, di dalam kitab Mathali’ul-Anhar.
6.      At-Taftazani, dalam kitab Syarhul-Maqasid.
7.      Al-Qausaji Maula ‘Alauddin, di dalam kitab Syarhut-Tajrid.
8.      Al-Qadli an-Najmu Muhammad Syafi’i, di dalam kitab Badi’ul-Ma’ani.
9.      Jalaluddin As-suyuti, dalam Kitab Ar-Bain.
10.  Mufti Syam Hamid bin Ali al-’Ammadi, di dalam Kitab Ash-shalatul Fakhirah bil-Ahaa ditsil Mutawatirah.
11.  Al-Alusi al-Bagdadi, di dalam Kitab Nashril Ali.
12.  Dan lain-lain.

Adapun para sahabat yang meriwayatkan peristiwa itu, yang dipakai sebagai sambungan (sanad) hadits tentang terjadinya pelantikan tersebut oleh para ‘Ulama’ adalah kurang lebih ada 120 orang shahabat.

Dan menurut seorang sarjana modern, yang bernama Husein Ali Mahfud, yang dalam risetnya seputar masalah Ghodir Khum ini, ia telah mencatat dengan dokumentasi, bahwa hadits ini telah diriwayatkan oleh paling sedikitnya 110 Sahabat, 84 Tabi’in, 355 ulama’, 25 Ahli Sejarah, 27 Ahli Hadits, 11 Ahli Tafsir, dan 18 Ahli Tauhid.

Nah, kalau melihat banyaknya para penulis, pencatat, dan periwayat-periwayat di atas, berarti jelas, bahwa peristiwa pelantikan tersebut adalah perkara yang amat sangat penting dan luar biasa!.

Masalahnya sekarang:
-          Kenapa kita kok tidak mengetahuinya?.
-          Mengapa berita tersebut kok tidak sampai kepada kita?.
-          Kenapa para ulama’, Kyai, Ajengan, Ustadz, Mu’allim ataupun tokoh-tokoh agama yang dekat dengan kita kok tidak menyampaikan peristiwa penting tersebut kepada kita?.
-          Apakah mereka tidak mengetahuinya?.
-          Apa ada orang yang sengaja menutupi peristiwa tersebut?.
-          Apa barangkali belajar ilmu Islamnya belum sampai kepada persoalan ini?.
-          Atau, apakah barangkali urusan dunia telah melupakan mereka?.
-          Atau, apakah …, atau …?, dan seterusnya.

Iya, barangkali kita ini kurang giat dalam memahami, mempelajari dan mengkaji ilmu-ilmu Islam.
Atau, barangkali kita ini hanya pandai mengaji tapi tidak pandai mengkaji.
Atau, barangkali kita ini sudah terlalu percaya, bahwa apa yang kita amalkan dan kita fahami sekarang ini sudah pasti benar.
Atau, barangkali kita ini tidak mau ambil pusing dengan adanya bermacam-macam aliran di dalam Islam, kemudian kita tidak mau berfikir, bahwa apakah aliran-aliran tersebut, termasuk yang kita yakini semua bersumber dari Allah dan Rasul-Nya, atau malah bersumber dari Hawa nafsu kita?.
Atau, barangkali karena rasa egois kita, kesombongan kita, keangkuhan kita, yang kemudian merasa paling benar dan meremehkan orang lain di luar kita yang walaupun masih sesama muslim, sehingga kita tidak mau bergaul dengan mereka, dengan cara saling tukar informasi, saling diskusi, saling bersilaturrahmi dan lain sebagainya?.

Padahal, tidak sedikit ayat suci al-Qur’an yang selalu bertanya kepada kita dengan kalimat:
-          Apakah kamu tidak berfikir?.
-          Apakah kamu tidak memahami?.
-          Apakah kamu tidak melihat?.
-          Apakah kamu tidak mendengar?.
-          Apakah kamu tidak mengetahui?.
-          Apakah kamu tidak berakal?, dan lain sebagainya.