
SANG PENAFSIR SELANJUTNYA
Saudaraku, mari sekarang kita cari:
-“Siapakah Imam-Imam setelah Imam Husein r.a. itu?.
Iya, pada kesempatan yang berbeda, Rasulullah Saw. telah memperkenalkan nama-nama Imam dari Ahlul Baitnya itu untuk setelah beliau tiada. Dan hal ini dapat kita jumpai di antaranya dari beberapa riwayat hadits, di antaranya dibawakan oleh seorang Ulama‘ yang bernama al-Hafidz Sulaiman bin Ibrahim al-Qonduzi al-Hanafi, yang haditsnya bersumber dari sahabat Ibnu Abbas ra., yang artinya adalah sbb:
“Seorang Yahudi bernama Maqtal datang menemui Rasul Saw. dan berkata: “Wahai Muhammad!, aku akan bertanya kepadamu tentang beberapa masalah yang menyibukkan pikiranku sejak beberapa waktu. Beritahukan kepadaku, siapakah penerima wasiatmu?. Karena tidak ada seorang Nabi-pun yang tidak memiliki penerima wasiat.” Rasulullah Saw. menjawab: “Penerima wasiatku adalah Ali bin Abi Thalib, dan sesudah Ali adalah kedua cucuku, yaitu Hasan dan Husein, dan diteruskan oleh sembilan Imam dari keturunan Husein.” Si Yahudi berkata: “Sebutkanlah nama-nama mereka!.” Rasulullah Saw. menjawab: “Setelah Husein diteruskan oleh anaknya yang bernama Ali. Setelah Ali diteruskan oleh anaknya yang bernama Muhammad. Dan setelah Muhammad diteruskan oleh anaknya yang bernama Ja‘far. Sesudah Ja‘far diteruskan oleh anaknya yang bernama Musa. Setelah Musa diteruskan oleh anaknya yang bernama Ali. Setelah Ali diteruskan oleh anaknya yang bernama Muhammad. Setelah Muhammad diteruskan oleh anaknya yang bernama Ali. Setelah Ali diteruskan oleh anaknya yang bernama Hasan. Dan diakhiri oleh anaknya Hasan yang bernama Muhammad al-Mahdi. Jumlah mereka adalah dua belas orang.”
Saudaraku, jumlah para Imam yang dua belas ini, ternyata juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya, yaitu pada Juz 4 hal. 234, bab Kitabul ahkam, dan Shahih Muslim Juz 6 pada bab Kitabul Imaroh bab Annas tabi‘a liqurays wal khilafah fi quraisy, dan juga pada kitab-kitab hadits lainnya.
Seperti:
اَْلأَئِمَّـةُ بَعْـدِى أِثْنَى عَشَرَ كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ .
“Imam-Imam sesudahku ada 12 (dua belas) orang, semuanya adalah dari suku quraisy.”
عَنْ جَابِرِابْنِ سَمُرَةَ قَالَ دَخَلْتُ مَعَ أَبِيْ عَلَى النَّبِيِّ (ص) فَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ: إِنَّ هَذَا اْلأَمْرَ لاَيَنْقَضِيَ حَتَّى يَمْضِىَ فِيْهِمْ اِثْنَا عَشَرَ خَلِيْفَةً؛ قَالَ؛ ثُمَّ تَكَلَّمَ بِكَلاَمٍ خَفِيَ عَلَىَّ؛ قَالَ؛ فَقُلْتُ ِلأَبِيْ مَا قَالَ ؟؛ كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ .
“Dari Jabir bin Samurah ra. ia berkata: “Aku datang bersama Bapakku ke rumah Nabi, lalu kudengar beliau bersabda: “Pemerintahan ini (agama Islam), tidak akan roboh hingga selesai memerintah dua belas orang khalifah. Kemudian beliau mengucapkan kata-kata yang tidak jelas bagiku. Lalu kutanyakan kepada Bapakku apa yang diucapkan oleh beliau itu. Jawab Bapakku: “Semua khalifah itu dari bangsa Quraisy.”
عَنْ جَابِرِ ابْنِ سَمُرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ (ص) يَقُوْلُ: لاَ يَزَالُ اْلإِسْلاَمُ عَزِيْزًا إِلَى أِثْنَى عَشَرَ خَلِيْفَةً, ثُمَّ قَالَ كَلِمَةً لَمْ اَفْهَمْهَا؛ فَقُلْتُ ِلأَبِىْ مَا قَالَ ؟؛ فَقَالَ كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ .
Dari Jabir bin Samurah r.a. ia berkata: “Aku mendengar Rasul Saw. bersabda: “Islam yang mulia ini tidak akan hilang hingga dua belas orang menjadi khalifah. Kemudian beliau mengucapkan sebuah kalimat yang aku tidak mengerti, lalu aku tanyakan kepada Bapakku apa kata beliau itu. Jawab Bapakku: “Khalifah-khalifah yang dua belas orang itu semuanya dari bangsa Quraisy.”
عَنْ عَامِرِ ابْنِ سَعْدِ ابْنِ أَبِىْ وَقَاصٍ قَالَ؛ كَتَبْتُ إِلَىْ جَابِرِ ابْنِ سَمُرَةَ مَعَ غُلاَمِيْ ناَفِعٍ اَخْبَرَنِيْ بِشَيْءٍ سَمِعَهُ مِنْ رَسُوْلُ اللهِ (ص) قَالَ فَكَتَبَ إِلَيَّ سَمِعْتُ رُسُوْلَ اللهِ يَوْمَ جُمْعَةٍ عَشِيَّةٍ رُجِمَ اْلاَسْلَمِيُّ يَقُوْلُ؛ لاَ يَزَالُ الدِّيْنَ قَائِماً حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ أَوْيَكُوْنَ عَلَيْكُمْ اِثْنَا عَشَرَ خَلِيْفَةً كُلُّ هُمْ مِنْ قُرَيْشٍ وَسَمِعْتُـهُ يَقُوْلُ عُصَيْبَـةٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ يَفْتَتِحُوْنَ الْبَيْتَ اْلأَبْيَضَ بَيْتَ كِسْرَى أَوْ آلَ كِسْرَى وَ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ إِنَّ بَيْنَ يَدَيَّ السَّاعَةِ كَذَّابِيْنَ فاَحْذَرُوْهُمْ وَ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ إِذَا أَعْطَى اللهُ أَحَدَكُمْ خَيْرًا فَلْيَبْـدَأْ بِنَفْسِهِ وَأَهْلِ بَيْتِِهِ وَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ أَنَا الْفَرْطُ عَلَى الْحَوْضِ .
Dari Amir bin Sa‘ad bin Abi Waqas ra. ia berkata: “Aku berkirim surat kepada Jabir bin Samurah melalui pelayanku yang bernama Nafi‘, untuk meminta kepadanya supaya dia dapat mengabarkan kepadaku hadits yang pernah didengarnya dari Rasul Saw.. Dia membalas suratku sbb: “Aku mendengar Rasul Saw. bersabda, ketika pada hari Jum’at petang, yaitu ketika seorang suku Aslam dirajam, sabda beliau: “Agama Islam ini, akan senantiasa tegak hingga hari kiamat, atau sampai habis dua belas orang khalifah memerintah, yang kesemuanya dari bangsa Quraisy.” Aku mendengarkannya pula beliau bersabda: “Satu kelompok kaum muslimin akan menaklukkan istana Kisra’ (raja persia); Dan aku mendengar pula beliau bersabda: “Sebelum terjadi kiamat, akan muncul para pembohong besar, maka waspadalah kepada mereka.” Aku mendengarnya pula beliau bersabda: “Jika Allah Swt. mengaruniai kamu suatu kebaikan (kekayaan), pertama-tama manfaatkanlah untuk dirimu sendiri dan keluargamu.” Aku mendengar pula beliau bersabda: “Aku lebih dahulu dan menunggu di telaga.”
Dengan berdasarkan keterangan hadits-hadits di atas, maka dapat diambil satu kesimpulan, bahwa Pemimpin (‘Ulil Amri) yang wajib ditaati oleh umat Islam sepeninggal Rasulullah Saw. Adalah berjumlah dua belas orang, yaitu:
1. Imam Ali bin Abi Thalib r.a.
2. Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a.
3. Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib r.a.
4. Imam Ali Zainal Abidin bin Husein r.a.
5. Imam Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin r.a.
6. Imam Ja‘far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir r.a.
7. Imam Musa al-Kadzim bin Ja’far as-Shadiq r.a.
8. Imam Ali ar-Ridha bin Musa al-Kadzim r.a.
9. Imam Muhammad al-Jawad bin Ali Ar-Ridha r.a.
10. Imam Ali al-Hadi bin Muhammad al-Jawad r.a.
11. Imam Hasan al-‘Askari bin Ali al-Hadi r.a.
12. Imam Muhammad al-Mahdi bin Hasan al-‘Askari r.a.
Mereka itulah manusia-manusia suci yang dijamin kesucian dan kebenarannya oleh Allah Swt.. Mereka itulah para pembimbing umat, penunjuk kepada kebenaran, Tali Allah, ‘Ulil Amri, dan orang -orang yang mempunyai jalan yang lurus.
Saudaraku.
Nggak tahunya, kesucian para Imam dari Ahlul Bait ini, juga disebutkan di dalam kitab Maulid Dziba‘ atau Barzanji, yaitu sbb:
أَهْلُ الْبَيْتِ الْمُصْطَفَى الطُّهُرِ () هُمْ أَماَنُ اْلأَرْضِ فَادَّكِرِ
شُبِّهُوْا بِاْلأَنْـجُمِ الزُّهُـرِ () مِثْلَمَا قَدْ جَاءَ فِي السُّنَنِ
وَ شَفِـينٌ لِّلنَّجـَاةِ إِذَا () خِفْتَ مِنْ طُوْفَانِ كُلِّ أَذَى
فَأنْجُوْ فِيْهَا لاَ تَكُوْنُ كَذَا () وَاعْـتَصِمْ بِاللهِ وَاسْتَعِنِ
فَهُمُ الْقَوْمُ الَّـذِيْنَ هُدُوا () وَبِفَضْلِ اللهِ قَدْ سَعِـدُواْ
وَلِغَيْرِ اللهِ مَا قَصَــدُوْا () وَمَعَ الْقُـرْاَنِ فِـي قَرَنِ
رَبِّ فَانْفَعْـنَا بِبَرْكَتِهِمْ () وَهْـدِنَا الْحُسْنَى بِحُرْمَتِهِمْ
وَاَمِتْـنَا فِي طَـرِيْقَتِهِمْ () وَمُعَـافَـاةٍ مِنَ الْفِـتَنِ
- “Ahlul Bait Nabi yang terpilih, yang suci dari dosa.
- Ingatlah!, mereka itu pengaman di muka bumi.
- Mereka bagaikan bintang-bintang bercahaya.
- Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits-hadits Nabi.
- Mereka bagaikan kapal untuk keselamatan.
- Apabila engkau takut dari taufan yang menyusahkan.
- Selamatlah engkau di dalamnya, engkau tidak perlu khawatir.
- Berpegang teguhlah dengan tali Allah, dan minta tolonglah kepadanya.
- Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
- Dan dengan karunia Allah mereka bahagia.
- Kepada selain Allah mereka tidak menginginkan.
- Hanya al-Qur’anlah yang mereka pegangi.
- Ya Tuhanku, jadikanlah kami orang yang bermanfaat dengan sebab mereka.
- Tunjukilah kami kebaikan dengan sebab kehormatan mereka.
- Dan akhirilah hidup kami pada jalan mereka.
- Dan selamatkanlah kami dari segala fitnah.”
Bahkan, Imam Syafi‘i sendiri, adalah seorang yang sangat mencintai Ahlul Bait tersebut. Bahkan beliau memfatwakan: ”Barang siapa sholat kok tanpa membaca shalawat kepada Ahlul Bait, maka tidak sah shalatnya.”
Hal ini terbukti dari beberapa syair yang beliau katakan, di antaranya adalah:
يَا أَهْلَ بَيْتِ رَسُوْلِ اللهِ حُبُّكُمُ ()
فَرْضٌ مِنَ اللهِ فِي اْلقُرْآنِ أَنْزَلَـهُ ()
كَفَاكُمْ مِنْ عَظِيْمٍ اْلقَدْرِ أَنَّكُمُ ()
مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْكُمْ لاَ صَلاَ ةَ لَهُ ()
- “Wahai ahlul bait Rasulullah, cinta kepada kalian,
- adalah suatu kewajiban yang datang dari Allah. Sebagaimana diperintahkan di dalam al-Qur’an.
- Cukuplah bukti, betapa tinggi nilai kalian.
- Tiada sempurna shalat tanpa bershalawat kepada kalian.”
Imam Syafi‘i menyatakan seperti itu, karena beliau memahami ayat-ayat suci al-Qur’an yang menjelaskan tentang hak dan kedudukan mereka.
Di antaranya:
قُلْ لاَ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلاَّ اْلمَوَدَّةَ فِي اْلقُـرْبَى ()
“Katakanlah wahai Muhammad!, Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku ini (agama Islam) kecuali kasih sayang terhadap Ahlul Bait.”26
Jadi, dengan demikian, maka lengkaplah sudah, ketika Rasulullah Saw. wafat, telah ada al-Qur‘annya sebagai kitab suci umat Islam, haditsnya sebagai pedoman untuk memahami al-Qur’an, dan orang-orang yang ditunjuk sebagai penafsir dan penjabar al-Qur’an serta pembimbing umat selanjutnya secara bergantian hingga dua belas orang. Mereka itulah yang sering disebut di dalam banyak hadits Nabi Saw. dengan sabdanya: “Kutinggalkan dua pusaka, jika kalian berpegang teguh padanya, maka kalian tidak akan sesat sepeninggalku nanti, yaitu: “Al-Qur’an dan ‘Itrahku, Ahlul Baitku.”
Namun sayang, hadits-hadits yang begitu jelas seperti ini, banyak yang tidak diketahui atau tidak difahami oleh hampir seluruh umat Islam.
Dan setelah semuanya jelas, maka barulah Allah Swt. menurunkan wahyu-Nya yang terakhir, yaitu:
اَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَ رَضِيْتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنـًا ()
“Pada hari ini, telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan telah Aku cukupkan bagimu nikmat-Ku, dan Aku rela Islam sebagai agamamu.” 27
Mungkin ada yang berfikir:
- “Kenapa Imam-Imam tersebut kok tidak kita ketahui?.
- Kenapa banyak Ustadz, Kyai, Ajengan Ulama’ yang dekat dengan kita tidak memberitahukannya?. Padahal, ayat-ayat suci al-Qur’an, dan juga hadits-hadits Nabi Saw. banyak yang menerangkan tentang masalah Ahlul bait ini. Bahkan para Ulama’ banyak yang mencatatnya di dalam kitab-kitab mereka. Sebagaimana kitab Dziba’ atau Barzanji itu. Kitab tersebut selalu dibaca oleh hampir seluruh umat Islam sejak dulu hingga sekarang. Baik pada saat orang akan jadi pengantin, ketika pengantenan, di saat nujuh bulan wanita yang sedang hamil, di saat anak akan dikhitan, atau di saat memperingati Maulid Nabi Saw., dan lain sebagainya. Bahkan di Pondok-pondok Pesantren, kitab tersebut selalu dibaca oleh para santri beserta Kiyainya (biasanya setiap malam jumat). Malah setiap membaca tahlil, mereka pasti membaca ayat yang menerangkan tentang kesucian dari Ahlul Bait tersebut. 28
Iya, mungkin, kita ini kurang giat dalam mempelajari, memahami, mendalami isi dari al-Qur’an, dan kitab-kitab hadits serta kitab-kitab para Ulama’. Dengan kata lain, mungkin kita ini “Hanya pandai mengaji, tapi tidak pandai mengkaji”.
Oleh karena itu, sekali lagi, kami hanya membantu anda untuk dapat menemukan jalan yang benar dan lurus serta tidak bercabang, yang pasti diridhai oleh Allah Swt.. Sehingga kita bisa selamat dari dunia hingga akhirat. Amien.
Tidak Ada Pilihan
Demi untuk membuat gairah dan semangat kita dalam memahami, mendalami dan mengkaji ajaran-ajaran Islam, kami akan mendorong anda dengan beberapa ayat suci al-Qur’an dan beberapa hadits serta pendapat beberapa Ulama’ yang membuat bulu kuduk kita merinding bila kita tidak segera mengikuti Ahlul Bait Nabi Saw. tersebut.
Di antaranya:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَانَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا وَاتَّقُوْا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيْدُ اْلعِقَـابِ ()
“Apa yang diberikan Rasul padamu, terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah; Sesungguhnya Allah itu sangat keras hukumannya.” 29
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّـوْنَ اللهَ فَاتَّبِـعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ ()
“Katakanlah!: Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku. Niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” 30
قُـلْ أَطِيْعُوْا اللهَ وَالرَّسُوْلَ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ اْلكَافِـرِيْنْ ()
“Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” 31
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَمُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُوْنَ لَهُمُ اْلخِيَرَةُ مِنْ أَمْـرِهِمْ؛ وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَلاً مُّبِيْنًـا ()
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin, dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh ia telah sesat yang nyata.” 32
Dengan ayat-ayat di atas, dan banyak lagi ayat-ayat yang serupa, maka jelaslah, bahwa apabila kita ingin selamat dan tidak sesat hidup, baik di dunia apalagi di akhirat, maka kita harus segera mengikuti Allah dan Rasul-Nya; dan selanjutnya, Allah dan Rasul-Nya menyuruh kita untuk mengikuti Ahlul Bait setelah Nabi Saw. tiada. Bila tidak, maka bersiap-siaplah, anda akan terkena Razia Internasional yang dapat menyebabkan anda masuk neraka. Na‘udzubillah.
Saudaraku, setiap manusia itu pasti akan terkena Razia Internasional tentang kepemimpinan Ahlul Bait ini. Hal ini dimulai dari semenjak akan berpisahnya ruh dengan badan (sakaratil maut), hingga alam akhirat nanti.
1. Pada saat Sakaratil Maut.
Ketika Malaikat Izra‘il akan mencabut setiap nyawa manusia, maka ia akan bertanya kepadanya tentang:
- Kenalkah ia dengan Ahul Bait?.
- Bagaimana pengakuannya terhadap Ahlul Bait itu?. Dan seterusnya.
Bila ia dapat memberikan jawaban yang benar, maka malaikat Izra‘il akan mencabut nyawanya dengan cara yang halus dan lembut, sehingga seperti rambut yang dicabut dari adonan tepung. Sebaliknya, bila tidak dapat menjawab dengan yang sebenarnya, maka Sang Malaikat Izra‘il akan mencabutnya dengan kasar, seperti kain sutra yang dicabut dari duri. Na‘udzu billaahi min dzalik.
2. Ketika di dalam kubur.
Saat di dalam kubur, setiap manusia akan berhadapan dengan dua orang Malaikat, yaitu Munkar dan Nakir, mereka berdua akan bertanya kepadanya tentang:
- Siapakah Tuhanmu?.
- Siapakah Nabimu?.
- Apa Kitabmu?.
- Apa agamamu?.
- Di mana kiblatmu?.
- Siapa Imammu?. Dan seterusnya.
Bila ia dapat menjawabnya dengan benar, maka ia akan mendapatkan nikmat kubur hingga saat hari kiamat tiba. Akan tetapi, bila ia tidak dapat menjawabnya dengan benar, maka ia akan mendapatkan siksa kubur hingga saat kiamat tiba. Na’udzu Billahi min Dzalik.
Mungkin ia bisa menjawab tentang: “Siapakah Tuhannya, Nabinya, Kitabnya, Agamanya, dan Kiblatnya. Akan tetapi, ketika ditanya soal Imam, apa jawabannya nanti?. Siapakah Imamnya?.
Saudaraku, di dunia ini banyak orang yang mempunyai Imam, atau mengakui kepada seseorang sebagai Imamnya, malah ada yang tidak hanya satu Imamnya. Padahal, Imam yang mereka akui itu tidak pernah mengaku sebagai Imam, akan tetapi di-Imamkan saja oleh mereka. Mereka melakukan seperti itu, karena kebingungan sendiri dalam memilih atau dalam menentukan Imamnya, atau tidak mengenal Imam yang telah ditetapkan.
Kita sebagai seorang Muslim telah mengetahui, bahwa masalah Tuhan, Nabi, Kitab, Agama dan Kiblat, semuanya telah dijelaskan dan ditentukan oleh Allah Swt. sendiri, yaitu di dalam al-Qur’an, dan juga dijelaskan oleh Rasul-Nya di dalam banyak haditsnya.
Nah, begitu juga seharusnya masalah Imam, maka ia harus dijelaskan dan ditentukan oleh Allah Swt. dan dijelaskan oleh Rasul-Nya, agar umat Islam ini tidak kebingungan dan tidak memilih Imam sendiri-sendiri, atau menganggap Imam kepada seseorang yang padahal dia itu bukanlah seorang Imam, atau tidak pula mengaku sebagai Imam.
Dan pada kenyataannya, tidak ada satu ayatpun di dalam al-Qur’an, dan tidak pula ada satu haditspun yang mengatakan, bahwa Imam yang harus diikuti dan ditaati oleh umat Islam setelah wafat Nabinya adalah selain para Imam dari Ahlul Bait Nabi Saw. tersebut.
Dengan demikian, jawaban yang benar adalah, bahwa: “Imam kita adalah dua belas Imam dari Ahlul Bait Nabi Saw. tersebut”. Sebagaimana yang telah kita bahas.
3. Ketika bangun dari kubur.
Pada saat manusia bangun dari kubur, ia juga akan ditanya tentang hak ke-Imamahan (kepemimpinan) dari Ahlul Bait Nabi Saw..
Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari sahabat Ibnu Abbas ra.. Hadits ini juga ditulis oleh Syeikh Jalaluddin As-Suyuti dalam kitabnya yang bernama: “Ihyaul Mayyit”. Juga oleh Syeikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani dalam kitabnya yang bernama Ar-Bai‘n. Bahwa Nabi Saw. bersabda:
لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَـاهُ؛ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا اَبْلَهُ؛ وَعَنْ مَالِـهِ فِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمِنْ أَيْنَ اِكْتَسَبَهُ؛ وَعَنْ مَحَبَّتِنَا أَهْلِ اْلبَيْتِ .
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, sebelum ia ditanya dan menjawab empat pertanyaan: 1. Tentang usianya, untuk apa ia menghabiskannya. 2. Tentang tubuhnya, bagaimana ia telah menggunakan tenaganya. 3. Tentang hartanya, untuk apa dibelanjakan dan dari mana ia mendapatkannya. 4. Tentang kecintaanya pada kami, Ahlul Bait.”
4. Ketika akan melewati jembatan Shirothol Mustaqim (jembatan yang berada di atas neraka Jahannam).
Setiap manusia, pasti akan melewati satu jembatan yang berada di atas Neraka Jahanam, yaitu yang bernama jembatan “Shirothol Mustaqim”; di tempat ini, mereka akan ditanya tentang bagaimana sikap mereka terhadap ahlul bait Nabi Saw.. Bila ia dapat menjawabnya dengan benar, maka ia akan segera diberangkatkan menuju Surga. Akan tetapi, bila tidak, maka ia akan jatuh terjerumus ke dalam Neraka jahannam, dan disiksa di dalamnya dengan siksa yang nggak ketulungan. Na‘udzu billahi min dzalik!.
Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
وَقِفُوْهُمْ اِنَّهُمْ مَسْؤُوْلُوْنَ ()
Menurut Syeikh Ibnu Hajar al-Haitsami dalam kitabnya yang bernama ash-Showa’iqul Muhriqoh, beliau mengatakan: “bahwa ayat ini turun untuk Ahlul Bait.” Malah di kitabnya itu ia menyebutkan adanya sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ad-Dailami dari sahabat Abu Sa‘idz al-Khudzri ra., bahwa Rasul Saw. bersabda: “Dan tahanlah mereka. Sesungguhnya mereka akan ditanya tentang kesetiaan mereka kepada Ali.” Kemudian Syeikh Ibnu Hajar juga menyebutkan pernyataan Syeikh al-Wahidi 34 yang membenarkan tentang penafsiran di atas, serta mendukungnya dengan beberapa hadits shahih.
Adapun menurut Syeikh al-Alusi di dalam kitabnya yang berjudul Ruhul Ma‘ani Juz 23 halaman 74, mengenai tafsir ayat tersebut, setelah ia menyebutkan berbagai pendapat tentang penafsiran ayat tersebut, kemudian ia menyebutkan, bahwa: “Dan yang paling tepat di antara pendapat-pendapat itu ialah: bahwa pertanyaan tersebut dilontarkan berkenaan dengan ‘Aqidah dan amal perbuatan. Sedangkan pokok dari semua itu adalah kalimat Tauhid; dan paling agungnya adalah kepemimpinan Ali Karromallahu Wajhah.”
Kemudian ia menyebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan al-Hakim yang artinya: “Ketika Allah Swt. mengumpulkan orang-orang yang terdahulu sampai yang terakhir pada hari Kiamat, dan mendirikan ash-Shirat di atas jembatan neraka Jahannam, maka tidak akan berhasil melewatinya seorangpun kecuali orang yang memiliki SURAT JALAN, yaitu yang berupa dukungan terhadap kepemimpinan Ali Karromallahu Wajhah.”
Adapun menurut Syeikh al-Hakim al-Hiskani al-Hanafi dalam kitabnya yang berjudul Syawahidut-Tanzil juz 2 halaman 106-108, ia menyebutkan adanya 6 hadits yang berasal dari Abu Sa‘id r.a., Ibnu Abbas r.a., Mandal al-Auzi r.a., dan dari Abu Ja‘far Muhammad al-Baqir a.s., yang semua hadits tersebut menegaskan, bahwa yang akan ditanyakan adalah “Kesetiaan pada kepemimpinan Ali a.s.”.
Di antaranya adalah hadits riwayat dari Ibnu Abbas r.a., yaitu:
إِذَا كَانَ يَوْمُ اْلقِيَامَةِ أُوْقَفُ أَنَا وَعَلِىٌّ عَلَى الصِّرَاطِ؛ فَمَا يَمُرُّ بِنَا أَحَدٌ إِلاَّ سَأَلْنَاهُ عَنْ وِلاَيَةِ عَلِىٍّ؛ وَمَنْ كَانَ مَعَهُ فَقَدْ نَجَى؛ وَإِلاَّ أَلْقَيْنَاهُ فِي النَّارِ؛ وَذَالِكَ قَوْلُهُ: وَقِفُوْهُمْ اِنَّهُمْ مَسْؤُوْلُوْنَ ()
Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Nabi Saw. bersabda: “Ketika hari kiamat, Aku dan Ali diberhentikan di atas Shirot. Maka tiada seorangpun yang melewati kita, kecuali kita tanyai tentang kepemimpinan Ali. Kalau ia meyakininya, maka ia akan selamat, kalau tidak, maka kita lempar ia ke dalam api Neraka.”
Sedang menurut Syeikh al-Wahidi dalam kitabnya “Asbabun Nuzul”, setelah ia menyebutkan hadits al-Ghadir yang berbunyi:
مَنْ كُنْتُ مَـوْلاَهُ فَعَـلِىٌّ وَلِيُّـهُ .
Yang akan ditanya di sini adalah: “Kesetiaan mereka akan kepemimpinan Ali a.s.”. Artinya, mereka akan ditanya apakah mereka telah mendukung kepemimpinannya dengan sungguh-sungguh sebagaimana yang dipesankan oleh Nabi Saw. atau menyia-nyiakannya?. Sehingga mereka nanti akan dituntut karenanya.”
Syeikh Ibnu Hajar Al-Haitsami mengomentari penjelasan Syeikh al-Wahidi di atas sbb: ”Mereka akan ditanya tentang kesetiaan mereka kepada kepemimpinan Ali dan ahlul bait. Sebab Allah telah memerintahkan kepada Nabi-Nya, agar memberitahukan kepada manusia, bahwa beliau tidak meminta sesuatu dari mereka atas jerih payahnya dalam menyampaikan risalah-Nya, kecuali kecintaan kepada keluarganya.”
Sedang menurut Syeikh Ibnu Syahr ‘Asyub dalam kitabnya yang bernama Manaqib Ali bin Abi Thalib juz 2 halaman 4, ia menukil sebuah riwayat dari Ibnu Abbas r.a., yang ia nukil dari Kitab “Maa Nazala min Qur’aanin fii ‘Ali” yang ditulis oleh Syeikh al-Syairazi, yaitu: Ibnu Abbas berkata: “Pada hari Kiamat, Allah Swt. memerintahkan Malaikat Ridwan untuk menghias delapan tingkat Surga, kemudian Allah berkata kepada Jibril: “Tegakkanlah timbangan di bawah ‘Arsy dan serukanlah: “Wahai Muhammad!. Dekatkanlah umatmu untuk diadakan perhitungan.” Lalu Allah memerintahkan agar dibangun di atas Shirot 7 jembatan (pemeriksaan); Yang panjangnya setiap jembatan itu 17 ribu farsakh, dan dijaga oleh 7 ribu Malaikat. Maka umat ini, baik laki-laki maupun wanita akan ditanya: Pada jembatan pertama: Tentang kesetiaan kepada kepemimpinan Ali dan kecintaan kepada Ahlul Bait. Barangsiapa lolos, maka ia akan melewatinya bagaikan kilat yang menyambar. Barangsiapa tidak mencintai Ahlul Bait, maka ia akan terjerumus ke dalam dasar Neraka Jahannam, walaupun ia mempunyai amal sebanyak 70 orang shiddiq. Pada jembatan kedua: Tentang Shalat. Pada jembatan ketiga: Tentang Zakat. Pada jembatan keempat: Tentang Puasa. Pada jembatan kelima: Tentang Haji. Pada jembatan keenam: Tentang Keadilan. Pada jembatan ketujuh, di kitab tersebut tidak disebutkan. Barangsiapa menjawabnya dengan baik, maka ia akan berjalan seperti kilat yang menyambar. Sedang yang tidak dapat menjawab, maka ia akan disiksa. Inilah yang dimaksud dengan ayat 24 Surat As-Shaffat tersebut.
Saudaraku, ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan al-Hakim yang ditulis di kitab ar-Ba’in oleh Syeikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani, dan kitab Ihyaul Mayyit oleh Syeikh Jalaluddin as-Suyuti dan lain-lain, bahwa Nabi Saw. bersabda: “Sekiranya seseorang merapatkan kedua kakinya di antara rukun Yamani 36, dan Maqam Ibrahim 37, lalu ia shalat dan puasa, sedang ia adalah pembenci keluarga Muhammad (Ahlul Bait), maka pasti ia masuk neraka.”
Saudaraku, betapa kita tidak ngeri dan takut, bila kita meninggalkan dunia ini namun belum menemukan dan mengikuti jalan yang benar dan lurus, yaitu jalannya Nabi Muhammad Saw. dan Ahlul Baitnya.
Semoga kita diberi taufiq dan hidayah oleh Allah Swt., dan dibuka hati kita yang keras ini, untuk menerima petunjuk yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Amien. Dan akhirnya sekarang kita menjadi faham, bahwa ternyata Allah Swt. dan Rasul-Nya sangat cinta kepada umat Islam, penuh kasih sayang dan waspada terhadap apa yang akan dialami oleh mereka sepeninggal Nabi- Nya.
Mungkin ada yang bertanya:
- Kemana saja kedua belas Imam tersebut?.
- Dan sekarang ini Imam yang keberapa?.
- Apakah mereka masih hidup semua, ataukah sudah wafat semua?.
- Bila masih ada yang hidup, di manakah adanya?.
- Kenapa tidak segera menyelesaikan perselisihan yang dialami oleh umat Islam?.
- Bagaimana sejarahnya?. Dan seterusnya.
Iya, Insya Allah pada kajian yang akan datang kita bahas.