Sabtu, 14 Mei 2016

Unknown

BSM | Makalah Kesembilan Part3

Makalah membedah shirathal mustaqiem bagian dua

Peristiwa Mencengangkan

Saudaraku.

Setelah Rasulullah Saw. selesai berpidato, maka semua yang hadir diperintahkan oleh beliau untuk memberikan ucapan selamat sambil berjabatan tangan dengan Imam Ali bin Abi Thalib as. Maka berduyun-duyunlah para shahabat untuk melaksanakannya. Bagi shahabat dari kaum wanita, Nabi memerintahkan untuk mencelupkan tangannya ke dalam tempat yang berisi air, yang lalu Imam Ali sendiri menyelupkan tangannya ke dalam air tersebut sebagai tanda menerima bai’at dari mereka.
Shahabat Abu Bakar dan Umar adalah orang yang pertama kali mengucapkan selamat dan menjabat tangan Imam Ali as., bahkan mereka berdua berkata:

بَخٍ, بَخٍ لَكَ يَا اِبْنَ أَبِى طَالِبْ؛ أَصْبَحْتَ وَأَمْسَيْتَ مَوْلَى كُلِّ مُؤْمِنٍ وَمُؤْمِنَـةٍ .

“Selamat untukmu wahai putra Abi Thalib, kini engkau adalah pemimpin setiap orang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan.”

Peristiwa ini dicatat oleh beberapa ulama’ yang terkenal, di antaranya:

1.    Imam Ahmad bin Hambal, dalam kitab Musnadnya pada jilid IV halaman 281.
2.    Imam Ghazali, dalam kitabnya yang bernama Syiyarul-‘Alamin halaman 12.
3.    Syeikh Ibnul-Jauzi, dalam kitabnya yang bernama Tadzkiratul-Khawas halaman 29.
4.    Syeikh Ibnu Katsir, dalam kitabnya yang bernama Al-Bidayah wan-Nihayah jilid V halaman 212.
5.    Syeikh Ibnu ‘Asakir, dalam kitab Tarikhnya jilid II halaman 169.
6.    Imam Ar-Razi, dalam kitab tafsirnya pada jilid III halaman 63.
7.    Syeikh Jalaluddin As-Suyuti, dalam kitabnya yang bernama al-Hawi lil-Fatawi jilid I halaman 212.
8.    Syeikh al-Muttaqi al-Hindi, dalam kitabnya yang bernama Kanzul-Ummal jilid VI halaman 397.
9.    Syeikh at-Thabari, dalam kitabnya yang bernama Riyadlun Nadhirah jilid II halaman 169.
10.  Al-Hafidz Abu Abdillah al-Marzabani, dalam kitab yang bernama Marqatusy-Syi’ir.
11.  Al-Hafidz al-Khurkusi Abu Sa’id, dalam kitabnya yang bernama Syaraful Musthafa.
12.  Al-Hafidz Ibnu Mardawih al-Asbihani, dalam kitabnya.
13.  Al-Hafidz Abdul Mu’in, dalam kitabnya yang bernama Ma nazala minal-Qur’ani fi ‘Aliyyi.
14.  Al-Hafidz Abu Sa’id As-Sajastani, dalam kitabnya.
15.  Al-Hafidz Khatbul-Khuthaba’ Al-Khawarzimi al-Maliki, dalam kitabnya yang bernama Maqtal al-Husain.
16.  Al-Hafidz Abdul Fatah an-Natnizi, dalam kitabnya yang bernama al-Khashais al-‘alawiyyah ‘ala Saa’iril Bariyyah.
17.  Shadrul Khuffadz al-Kanzi asy-Syafi’i, dalam kitabnya yang bernama Kifayatut-Thalib.
18.  Syeikhul Islam Shadruddin al-Humawi, dalam kitabnya yang bernama Fara’idus-Simthin.
19.  Al-Hafidz Jamaluddin az-Zarnudi al-Hanafi dalam kitabnya yang bernama Nadzham Durarus-Simthin. Dan lain lain.

Ada seorang shahabat ahli syair yang bernama Hasan bin Tsabit. Setelah acara pelantikan Imam Ali bin Abi Thalib as., ia memohon izin kepada Rasulullah Saw. untuk membacakan bait-bait sya’irnya, supaya didengar oleh seluruh shahabat yang hadir pada waktu itu. Nabi Saw. bersabda: “Katakanlah dengan berkat Allah!.”

Maka berdirilah Hasan bin Tsabit, kemudian ia bersya’ir dengan lantangnya:

يُنَادِيْهُمُ يَوْمَ الْغَدِيْرِ نَبِيُّهُمْ () بِخُمٍّ وَأسْمَعْ بِالرَّسُوْلِ مُنَادِيًا ()
فَقَالَ: وَمَنْ مَوْلاَكُمُ وَنَبِيُّكُمْ () فَقاَلُوْا وَلَمْ يُبْدُوْا هُناَكَ التَّعَامِيًا ()
أِلَهُكَ مَوْلاَناَ وَأَنْتَ نَبِيُّنـاَ () وَلَمْ تَلْقَ مِنَّا فِى الْوِلاَيَةِ عَاصِياً ()
فَقاَلَ لَهُ: قُمْ ياَ عَلِيُّ فَإِنَّنِيْ () رَضِيْتُكَ مِنْ بَعْدِيْ إِماَماً وَهاَدِياً ()
فَمَنْ كُنْتُ مَوْلاَهُ فَهَذاَ وَلِيُّهُ () فَكُوْنُوْا لَهُ أتِّباَعَ صِدْقٍ مُوَالِياً ()
هُناَكَ دَعاَ اللَّهُمَّ وَالٍ وَلِيَّهُ () وَكُنْ لِلَّذِيْ عَادِى عَلِيًّا مُعاَدِيًا ()

- “Pada hari raya al-Ghodir, Nabi Saw. memanggil mereka.
- Di Khum Nabi Saw. memanggil dan menyeru mereka, dengarlah!.
- Maka berkata Nabi: “Siapakah Pemimpin dan Nabi kalian!?.”
- Mereka semua menjawab. Dan tidak nampak di sana orang yang berpura-pura buta.
- Tuhan-mu adalah pemimpin kami, dan engkau adalah Nabi kami.
- Dan tidaklah engkau dapati khianat pada kepemimpinan dari kami.
- Maka Nabi berkata kepadaAli, berdirilah wahai Ali, maka sesungguhnya aku,
- meridhaimu untuk menjadi Imam dan penunjuk jalan sesudahku.
- Maka, barangsiapa mengakui Aku sebagai pemimpinnya, maka inilah Ali pemimpinnya juga.
- Maka, jadilah kalian yang mengikuti kebenaran pimpinannya (Ali).
- Di sanalah Nabi berdo’a: “Ya Allah!, Lindungilah orang yang melindunginya (Ali).
- Dan jadilah Engkau musuh bagi orang yang memusuhinya (Ali).”

Pembaca, ada satu kejadian yang mendebarkan hati, dan membuat bulu kuduk kita berdiri, bahkan akan selalu teringat sampai mati. Yakni, setelah peristiwa Ghodir Khum ini selesai, maka tersiarlah berita itu ke seluruh penjuru negeri. Karena yang mendengar harus menyampaikan berita ini kepada yang tidak mendengarnya. Begitu juga kita seharusnya, menyampaikan berita ini, terutama kepada keluarga kita sendiri, dan umumnya kepada siapa saja yang kita jumpai.

Pada waktu itu, ada seseorang yang bernama Harits bin Nu’man al-Fihri. Setelah ia mendengar berita tersebut, ia segera mendatangi Rasulullah Saw. dengan mengendarai ontanya. Rupanya ia tidak ikut dalam perjalanan haji wada’ yang bersejarah itu. Setibanya di hadapan beliau, ia pun turun dari ontanya dan bertanya kepada beliau: “Ya Muhammad!, anda telah menyuruh kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa anda adalah Rasul-Nya, dan kami menerimanya. Lalu anda menyuruh kami mengerjakan lima kali shalat dalam sehari semalam, dan kami menerimanya, dan juga anda menyuruh kami menunaikan zakat, dan kami juga menerimanya. Dan anda menyuruh kami melaksanakan ibadah haji, dan kami menerimanya juga. Namun anda belum juga merasa puas dengan semuanya itu, sehingga anda mengangkat lengan sepupu anda (Ali), dan mengutamakannya di atas kami semua. Dan andapun berkata: “Barangsiapa yang mengakui aku sebagai pimpinannya, maka Ali adalah pimpinannya juga.” Nah!, apakah hal ini dari anda sendiri ataukah dari Allah!?.”

Nabi Saw. menjawab: “Demi Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia, sungguh ini ketentuan dari Allah ‘Azza Wa Jalla!.”

Mendengar hal itu, pergilah Harits bin Nu’man menuju ontanya sambil berkata sinis: “Wahai Tuan!, jika apa yang dikatakan Muhammad itu benar, maka turunkanlah hujan batu dari langit atas kami, atau datangkanlah adzab yang pedih bagi kami!.”

Maka, seketika itu pula, Allah Swt. melemparinya dengan batu yang menembus ubun-ubunnya hingga duburnya, sehingga ia jatuh terkapar dan mati sebelum mencapai ontanya. Na’udzubillahi Min Dzalik!.

Peristiwa yang mengerikan ini banyak diceritakan oleh Para ulama’, di antaranya:

1.      Al-Hafidz Abu ‘Ubaid al-Harawi. Beliau meriwayatkan di dalam kitab tafsirnya yang berjudul: “Ghariibul Qur’an”. Yaitu sbb:

لَمَّا بَلَغَ رَسُوْلُ اللهِ (ص) غَدِيْرَ خُمٍّ مَا بَلَغَ وَشاَعَ ذَالِكَ فِي الْبِلاَدِ أَتَى جَابِرُ ابْنِ النَّضَرِ ابْنِ الْحَارِثِ ابْنِ كَلْدَةَ اَلْعَبَدُرِيِّ فَقَالَ: ياَ مُحَمَّدُ!؛ أَمَرْتَنَا مِنَ اللهِ أَنْ نَشْهَدَ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ وَاَنَّكَ رَسُوْلُ اللهِ وَبِالصَّلاَةِ وَالصَّوْمِ وَالْحَجِّ وَالزَّكَاةِ فَقَبِلْنَا مِنْكَ ثُمَّ لَمْ تَرْضَ ذَالِكَ حَتَّى رَفَعْتَ بِضْعَ اِبْنِ عَمِّكَ فَفَضَّلْتَهُ عَلَيْناَ وَقُلْتَ مَنْ كُنْتُ مَوْلاَهُ فَعَلِيٌّ مَوْلاَهُ, فَهَـذَا شَئٌ مِنْكَ أَوْمِنَ اللهِ؟. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: وَالَّذِيْ لاَاِلَهَ إِلاَّهُوِ إِنَّ هَذَا مِنَ اللهِ. فَوَلَّى جَاِبُر يُرِيْدُ رَاحِلَتَهُ وَهُوَ يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ إِنْ كَاَن مَا يَقُوْلُ مُحَمَّدٌ حَقًّا فَأَمْطِرْعَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِائْتِناَ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ. فَمَا وَصَلَ إِلَيْهَا حَتَّى رَمَاهُ اللهُ بِحَجَرٍ فَسَقَطَ عَلَى هَامَتِهِ وَخَرَجَ مِنْ دُبُرِهِ وَقَتَلَهُ .

“Al-Hafidz Abu ‘Ubaid al-Harawi telah meriwayatkan dalam kitab tafsirnya, “Ghoriibul Qur’an”, bahwa ketika Rasulullah Saw. selesai berpidato di Ghodir Khum, dan tersebarlah berita tersebut ke seluruh penjuru negeri, datanglah seorang laki-laki yang bernama Jabir bin Nadlar bin Harits bin Nu’man al-Fihri, maka berkatalah ia: “Ya Muhammad!, kamu telah memerintahkan kepada kami dari Allah untuk bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah, dan kamu adalah Rasul Allah. Lalu kamu perintahkan kepada kami untuk shalat, berpuasa, berhaji dan mengeluarkan zakat, maka kamipun memenuhi semuanya itu. Kemudian kamu tidak puas juga dengan yang demikian itu. Sehingga kamu mengangkat anak pamanmu itu, dan kamu melebihkannya atas kami. Dan kamu berkata: “Barangsiapa yang mengaku aku sebagai pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya juga.” Nah, apakah ini dari kamu sendiri atau dari Allah!?.” Bersabda Rasulullah Saw.: “Demi yang tiada Tuhan kecuali Allah, sesungguhnya ini dari Allah!.”

Maka berpalinglah Jabir bin Nadlar bin Harits bin Nu’man untuk menuju kendaraannya, sambil dia berkata: “Ya Allah!. Seandainya apa yang dikatakan Muhammad itu benar, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkan pada kami adzab yang pedih!.”

Maka, tidaklah ia sampai kepada kendaraannya, sehingga Allah Swt. melemparinya dengan batu, maka jatuhlah batu atas kepalanya dan keluar dari duburnya. Dan matilah ia!.”

2        Imam An-Naqas Abu Bakar al-Maushuli, di dalam kitab tafsirnya yang bernama Syifa’ush-Shudur.
3        Imam Tsa’labi an-Naisaburi, dalam kitab tafsirnya yang bernama al-Kasyfu Wal Bayan.
4        Syeikh al-Hakim al-Hiskani, dalam kitabnya yang bernama Du’atul Hudaah ila adaa’i haqqil maulah.
5        Imam al-Qurthubi, dalam kitab tafsirnya yang bernama Tafsir al-Qurthubi.
6        Syeikh Sibthu Ibnul Jauzi, dalam kitabnya yang berjudul Tadzkiratul Khawas halaman 19.
7        Syeikh Ibrahim bin Abdillah al-Yamani al-Washabi asy-Syafi’i, dalam kitabnya yang berjudul Al-Iktifa’ fi fadlli Arba’atil-Khulafa’.
8        Syeikhul Islam al-Khumawini, dalam kitabnya yang bernama Faraidus Simthin bab ke XIII.
9        Syeikh Syihabuddin Ahmad Daulah Abadi, dalam kitabnya yang bernama Hidayatus Su’adah.
10    Imam asy-Syarbini, dalam kitab tafsirnya yang berjudul Asy-syirojul Munir Juz IV hal. 324.
11    Syeikh Abu Shu’ud al-Imadi al-Hanafi, dalam kitab tafsirnya pada juz VIII halaman 292.
12    Sayyid Jamaluddin asy-Syirazi, dalam kitabnya yang berjudul al-Arba’in fi manaqibi Amiril Mukminin, hadits yang ke 13.
13    Syeikh Zainuddin Abdur Ra’uf bin Tajuddin bin Ali al-Hadadi al-Manawi al-Qahiri asy-Syafi’i, dalam kitabnya yang bernama Faidul Qadir Fi Syarhil Jami’ish-Shaghir Juz VI halaman 218.
14    Syeikh Ahmad bin Fadlil Baktsir al-Makki asy-Syafi’i, dalam kitabnya yang berjudul Washi-latul Ma’al fi ‘aqdi manaqibil ‘Aal.
15    Al-Faqih Syeikh Abdullah bin Syeikh Bin Abdullah bin Syeikh bin Abdullah al-’Aidrus al-Husaini al-Yamani, dalam kitabnya yang berjudul Al-Khulashah Juz II halaman 225.
16    Syeikh Burhanuddin al-Halabi asy-Syafi’i, dalam kitabnya yang berjudul Sirah al-Halabiyyah Juz III halaman 302.
17    Sayyid Mahmud bin Muhammad al-Qadiri al-Madani, dalam kitabnya yang berjudul As-Siratus Sawiy fi Manaqibi ‘Alin-Nabiyy.
18    Syeikh Syamsuddin al-Hafni asy-Syafi’i, dalam kitabnya yang berjudul Syarah al-Jami’ush Shaghir Lis-Suyuti Juz II halaman 387.
19    Dan lain lain.